Kecil Kemungkinan PDIP Gabung KIB, Ini Alasannya 

Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani/Net
Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani/Net

Safari politik yang akan dilakukan Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Keamanan Puan Maharani kepada sejumlah elit partai politik tak lantas mengubah peta koalisi partai politik yang sudah terbentuk.


Puan dijadwalkan akan bertemu Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Sejauh ini, Golkar sudah menjalin mitra dengan PAN dan PPP dalam wadah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Sedangkan Gerindra sudah bermitra dengan PKB.

Merespons hal itu, pakar komunikasi politik dan pemasaran politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad mengungkapkan kunjungan PDIP ke sejumlah partai dinilai tidak lantas mengubah peta koalisi saat ini.

Kata Nyarwi, kecil kemungkinan PDIP akan bergabung KIB dalam waktu dekat. Hal itu didasarkan pada sejumlah analisis. Pertama, jumlah perolehan suara KIB sudah mencukupi untuk mengajukan pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) sendiri.

"Dan saya lihat peluang untuk dalam waktu dekat mereka berkoalisi itu kecil sekali. Karena hitung-hitungannya 3 partai itu secara parlementary threshold (PT) sudah punya tiket sendiri tanpa harus berkoalisi dengan PDIP,” uja Nyarwi kepada wartawan, Jumat (2/9).

Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) itu mengatakan bahwa ketentuan presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden diatur dalam Pasal 122 UU 7/2017 tentang Pemilu.

Dijelaskan Nyarwi, partai politik (Parpol) atau gabungan Parpol yang bisa mengajukan Capres-cawapres adalah memiliki minimal 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah secara nasional pada Pemilu.

Sedangkan KIB sudah mengantongi 148 kursi dengan perincian Golkar 85 kursi, PAN 44 kursi dan PPP 19 kursi. Dengan demikian KIB memenuhi syarat presidential threshold.

Kedua, meski belum mengumumkan secara resmi calon presiden-calon wakil presiden (Capres-Cawapres) yang diusung pada Pilpres 2024, KIB akan mempertimbangkan untuk mengusung Puan Maharani dalam Pilpres 2024.

Analisa Nyarwi, dikarenakan elektabilitas dan popularitas Puan Maharani dinilai belum kuat di kalangan pemilih.

"Dua hal itu menjadikan alasan dalam waktu dekat tidak terjadi koalisi,” demikian Nyarwi dimuat Kantor Berita Politik RMOL.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news