Salah satu faktor penting kekalahan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam Pilpres 2024 antara lain karena ego ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri.
- AHY: Kondisi Sekarang Genting, Mampukah Negara Selamatkan Rakyat Dari Covid-19?
- Survey Elektabilitas Capres 2024, Ganjar Pranowo Urutan Pertama Diikuti Prabowo dan Risma
- Presiden Jokowi Perintahkan TNI Hingga Basarnas Optimalkan Pencarian KRI Nanggala-402
Pasalnya, sebelum kontestasi Pilpres 2024, Megawati menolak Ganjar Pranowo dipasangkan dengan Prabowo Subianto. Tepatnya, saat muncul wacana Ganjar menjadi capres dan Prabowo di posisi cawapres.
Demikian analisa Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL melalui sambungan telepon sesaat lalu, Jumat (16/2).
"Salah satu kekalahan PDIP di Pilpres 2024, mungkin karena ego Megawati gengsi tidak mau menyandingkan Ganjar dengan Prabowo," ujar Ujang.
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia ini meyakini bahwa PDIP bisa hattrick di Pemilu 2024, baik Pileg maupun Pilpres, apabila Ganjar Pranowo dikehendaki didampingi atau mendampingi Prabowo Subianto.
"Coba kalau Prabowo-Ganjar, udah selesai (menang). Mereka bisa menang dan Jokowi pun di koalisi itu, tidak seperti saat ini yang berbeda dukungan dengan PDIP," kata Ujang.
Namun demikian, Ujang memahami secara psikologis Megawati kala itu menolak tawaran Ganjar jika dijadikan cawapres. Pasalnya, PDIP merupakan parpol pemenang Pemilu 2019 dan menjadi parpol pengusung utama Presiden Joko Widodo.
"PDIP gengsi karena partai pemenang masa jadi cawapres? Itu sebenarnya salah satu gengsi Megawati yang akhirnya kalah,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Temui PMI di Malaysia, Gus Fawait Desak Pemprov Jatim Perhatikan Keluarganya di Kampung
- Perkuat Solidaritas, Relawan Ganjar Resmikan Posko Pemenangan OMG Jatim di Surabaya
- AHY Sebut Ada Yang Berusaha Memecah Belah Hubungan Baik SBY Dan Jokowi