Pemerintah melakukan kebijakan impor jagung karena mempertimbangkan masukan peternak. Ren¬cananya, impor dilakukan sekitar 50 ribu hingga 100 ribu ton sebelum tahun baru 2019.
- Dirut bank bjb Raih Penghargaan Most Popular Leader in Social Media 2020
- Ditunjuk Jadi Penyalur BSU, BTN Komitmen Jalankan Amanah Kemenaker
- Teken MoU Dengan 17 Perusahaan Mitra, PT AMKA Bangun Bukit Algoritma Senilai Rp 18 Triliun
Oke menerangkan, jagung impor ditujukan untuk peter¬nak mandiri. Harganya akan dijual sesuai harga acuan yang ditetapkan Kemendag dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 58 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen. Dalam beleid tersebut, harga acuan penjualan jagung ke konsumen adalah Rp 4.000 per kilogram (kg). Harga itu lebih rendah dari harga jagung di pasar saat ini di kisaran Rp 5.200 sampai Rp 5.600 per kg.
Oke membantah pemerintah sekarang mudah memutuskan impor pangan. "Impor diputus¬kan melihat kondisi di lapangan, mendengarkan masukan peter¬nak, dan melihat kebutuhan. Jadi impor tidak tiba-tiba," tegasnya.
Seperti diketahui, dalam sebulan terakhir, peternak menge¬luhkan harga jagung yang terus melambung. Mereka khawatir jika harga jagung tidak turun akan menyebabkan harga harga ayam dan telur naik.
Bagaimana soal desakan agar pemerintah impor beras? Oke memastikan belum ada keputu¬san untuk impor lagi. "Sampai akhir tahun ini tidak akan ada lagi impor beras. Kan hitungan BPS (Badan Pusat Statistik) surplus," terang Oke.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ekspansi BTN Solusi, Bank BTN Bidik 22.000 Karyawan Gramedia
- Kuasai Sepertiga Pangsa Pasar Pisang Nasional, Jatim "Geber" Perluasan Akses Ekspor ke Pasar Global
- Bank Jatim Tandatangani Kerja Sama Pengelolaan Kas Negara di Kemenkeu