Masyarakat harus memahami cara rapid test yang benar untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat. Jika rapid test yang dilakukan di suatu tempat tekniknya tidak tepat, bisa jadi hasil rapid test itu false negatif (salah) karena tekniknya kurang tepat.
- Cara Polres Kediri Cegah Klaster PTM
- Airlangga Hartarto: Pemerintah Siapkan Tambahan Ruang Isolasi Mandiri Pasien Covid-19
- Treatment K- Laser Skin Shooter, Kulit Wajah Lebih Cerah dan Muda
Hasil rapid test bisa saja berbeda jika dilakukan di tempat yang berbeda. Apalagi rapid test itu ada yang tekniknya kurang tepat.
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sidoarjo, dr Benjamin Kristianto MARS mengatakan, di tengah pandemi covid-19 tidak memungkiri maraknya pemeriksaan rapid test di beberapa tempat. Produk rapid tets ini diimpor dari mancanegara, salah satunya dari China dan Korea. Tiap produk ini memiliki Kualitas yg berbeda-beda.
Benjamin menjelaskan, jika pemeriksaan rapid test kurang tepat, maka nanti hasilnya false negatif. Artinya seseorang yang dirapid test seolah-olah hasilnya negatif. Padahal teknik pemeriksaan yang salah.
Dampak dari hasil rapid test yang false negatif akan menjadikan seseorang tersebut merasa tidak terinfeksi virus Corona. Seseorang itu akan merasa percaya diri dan bangga berkumpul dengan orang banyak. Padahal dia justru carier yang menyebarkan virus ke orang sekitarnya.
"Karena dianggapnya negatif. Oh saya sudah periksa hasilnya negatif, aman. Berarti saya bisa kemana-mana, bisa ngumpul, saya sudah bisa guyonan, malah itu bisa membuat penyebaran," kata Benjamin, dikonfirmasi, Sabtu 25 April 2020.
Ketua DPD Kesehatan Indonesia Raya (Kesira) Jatim ini menegaskan, seseorang yang merasa hasil rapid test negatif, padahal sebenarnya positif covid-19. Kemudian hari orang itu bisa mendadak merasakan sesak nafas berat dan tak sadarkan diri. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian.
Pemilik RS Sheila Medika, Juanda, Sidoarjo ini menerangkan bahwa teknik rapid test yang benar adalah tidak langsung menggunakan darah segar (fresh Whole blood). Artinya darah segar yang diambil tidak langsung diteteskan ke alat rapid test. Tetapi pemeriksaan sebaiknya menggunakan serum atau plasma. Mengingat antibodi yang diperiksa itu adalah immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobulin M (IgM).
"Dilihat apakah sudah ada Immunoglobulin G/ M, antibodi untuk melawan virus. Itu yang diperiksa," tuturnya.
Anggota DPRD Jatim ini menjelaskan, IgG dan IgM sebenarnya tidak ada di seluruh darah. Tetapi antibodi ini ada di plasma atau serum tersebut.
"Darah itu terdiri dari sel darah dan cairan plasma atau serum. Antibodi itu tidak ada di sel. Tetapi adanya di plasma atau serum," paparnya.
Benyamin menegaskan, saat meneteskan darah segar itu pada alat rapid test akan tertutup oleh sel sehingga tingkat plasma berkurang atau tidak bisa menyerap. Meskipun nanti ditetesi deluent/buffer atau tetesan untuk mencairkan.
"Berarti kadarnya berkurang. Lha kadarnya kurang ini menyebabkan seolah-olah negatif. Padahal bukan negatif tetapi kadar yang digunakan untuk mengetes antibodi tersebut kurang banyak," ungkapnya.
Benyamin menyebut teknik rapid test yang lebih tepat adalah mengambil darah itu lalu dilakukan sentrifugasi (diputar dengan alat) dengan kecepatan tinggi sehingga terpisahlah antara sel dengan plasma.
Kemudian plasma yang diambil bisa diteteskan ke alat rapid test, sehingga kandungan immunoglobulin
lebih pasti dan tepat. Untuk serum / plasma cukup 10 ul sedangkan untuk whole blood harus 2/3 kali lebih banyak.
"Itu mencegah terjadinya false negatif. Padahal bukan negatif. Tetapi kadarnya kurang," tuturnya.
Beda halnya hasil rapid test positif karena hasil tersebut biasanya tepat. Orang yang dinyatakan positif covid-19 langsung diisolasi dan diawasi untuk mendapatkan perawatan medis.
Dalam memeriksa rapid test harus memperhatikan kualitas alat rapid dan teknik melakukan proses pemeriksaan itu. "Supaya tak percuma membeli rapid atau melakukan pemeriksaan tapi hasilnya False," pungkasnya.
Untuk diketahui, Angggota DPRD Bangkalan, Mahmudi melakukan protes karena hasil rapid test berbeda antara yang dilakukan oleh Satgas Dinkes Bangkalan dengan RS Siloam Surabaya.
Awalnya Ketua DPC Partai Hanura Bangkalan itu melakukan rapid test bersama anggota DPRD Bangkalan oleh Dinkes Bangkalan, Rabu 22 April 2020. Hasilnya empat orang itu dinyatakan positif Covid-19.
Mahmudi nampaknya tidak puas dengan hasil rapid test tersebut. Ia akhirnya melakukan rapid tes ulang di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya pada malam harinya. Namun hasilnya negatif.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Terparah Sejak Covid-19 Masuk Indonesia, Kasus Positif Harian Tembus 20 Ribu Dalam Sehari
- Amankan Komitmen Vaksin Covid-19, Tim Indonesia Terbang Ke Inggris Dan Swiss Hari Ini
- Kasus Positif Covid-19 Harian Naik 33.729 Orang, yang Meninggal 44 Orang