Menjelang gelaran Pemilu 2024, media massa khususnya yang tergabung dalam Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) harus proporsional dalam memberitakan satu kejadian.
- Ketum JMSI Berbicara di Forum Wartawan Belt and Road Soal Kerjasama Selatan-Selatan
- Teguh Santosa Terima Press Card Number One
- Ketum JMSI: Publisher Right Harus Diiringi Peningkatan Kualitas Produk Jurnalistik
Terutama, kata Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, media massa harus cermat dalam memunculkan pertarungan gagasan dari figur-figur yang akan bertarung.
Artinya, tidak boleh lagi pemberitaan media massa diwarnai dengan pernyataan-pernyataan emosional dari satu tokoh, apalagi jika pernyataan itu menonjol menyerang pribadi lawannya.
Pesan itu disampaikan Teguh dalam diskusi JMSI Jakarta bertema "Pers Indonesia: Dulu, Kini, dan Masa Depan" yang digelar di Petra Restaurant, Jakarta Selatan, Jumat petang (18/8).
"Berikan ruang untuk pertukaran gagasan positif, sehingga yang dibicarakan di ruang digital adalah gagasan, bukan lagi pernyataan-pernyataan emosional yang menyerang personal," kata Teguh.
Gagasan tokoh memang penting ditonjolkan. Pasalnya, kata Teguh lagi, ketika gagasan muncul dalam media massa, maka publik dapat mempertimbangkan tokoh seperti apa yang akan dipilih pada Pemilu 2024.
"Saya kira itu dalam membantu publik untuk dapatkan buah pikiran yang terbaik dan bisa dihadirkan dalam masyarakat, sehingga pemilih mendapatkan semacam, guidance (panduan)," demikian Teguh.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Soal Larangan Retreat, Teguh Santosa: Perintah Megawati Seolah Ada Negara Partai di Dalam NKRI
- Bahlil dan Sri Mulyani Bisa Runtuhkan Kepercayaan Rakyat Pada Prabowo
- Ketum JMSI Ajak Masyarakat Pers Nasional Kawal Dua Kebijakan Prabowo