Kontingen Jawa Timur menduduki posisi ke-10 dalam klasemen akhir perolehan medali di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021 yang berlangsung 5-12 November dan ditutup pada 13 November 2021.
- Unesa Gelar Pionir 2024, Bekali Mahasiswa Jadi Pengusaha Sukses di Era Digital
- Prodi Sistem Informasi Unesa Gelar Guest Lecture, Memahami Perubahan Kebutuhan dalam Proyek-proyek TI
- Bersama Jerome Polin, Rian Fahradi, dan Elsa Japasal, Wali Kota Eri Ajak 8 Ribu Gen Z di Surabaya Berani Wujudkan Mimpi
Atlet Jatim mengumpulkan total sebanyak 47 medali, rinciannya 12 emas, 22 perak dan 13 perunggu.
Di balik capaian tersebut, ada peran beberapa dosen Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) UNESA yang menjadi pelatih di beberapa cabang olahraga (cabor).
Adapun dosen yang dimaksud, Dr. Dwi Cahyo Kartiko, M.Kes., Wakil Dekan Bidang Akademik FIO UNESA yang menjadi pelatih cabor panahan.
Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis., pelatih di cabor renang, Dr. Abdul Rahman Syam Tuasikal, M.Pd, pelatih di cabor catur, dan Dr. Nanik Indahwati, M.Or merupakan manajer di cabor renang.
Kunjung Ashadi, pada Selasa, 16 November 2021, menyatakan bahwa peran UNESA dibalik kontingen Jatim pada Peparnas itu tidak bisa dipandang sebelah mata.
Itu, merupakan wujud setidaknya dua hal, yaitu kepedulian terhadap dunia olahraga sekaligus pada atlet disabilitas Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya.
Pelatih UNESA sumbang medali
Peran itu dapat dilihat dari kontribusi pelatih UNESA di beberapa cabor tersebut dan berhasil membawa pulang beberapa medali.
“Di cabor yang saya latih saja, renang berhasil boyong sembilan medali, 2 emas, 3 perak dan 4 perunggu. Belum lagi medali di cabor lain yang ditangani pelatih UNESA, lumayan,” terangnya.
Ia mengakui bahwa perolehan medali dalam cabor Renang memang tidak sesuai target awal yang harapannya bisa meraih 5 medali emas.
Karena itu untuk ke depannya, pihaknya akan menggunakan dasar waktu yang ada di Peparnas untuk memetakan batas atlet yang boleh masuk di pemusatan latihan.
“Kalau waktunya terlalu jauh tidak mendekati target ke sana, maka kami tidak akan bawa, karena tidak potensial untuk mendapatkan medali,” ujarnya.
Perlu dukungan pemda dan penyempurnaan seleksi atlet
Data tersebut, akan dijadikan dasar dalam merekrut atlet. Meskipun menang di tingkat kabupaten dan kota atau bahkan provinsi, tetapi jika hasil hitungan batas tidak potensial untuk menang di tingkat nasional, maka tidak akan dibawa ke Peparnas.
“Kami hanya akan membawa atlet yang benar-benar potensial bisa mendapat medali,” ucapnya.
Dia berharap, dengan kondisi jumlah atlet kontingen yang kalah jauh dari kontingen daerah lain, pemerintah provinsi bisa memberikan perhatian besar terhadap olahraga disabilitas bahkan setara dengan perhatian pada olahraga nondisabilitas.
Perhatian berupa anggaran, akan sangat berdampak luas pada pencarian bibit calon atlet dan pembinaan di level kabupaten dan kota.
Dengan adanya dukungan yang kuat dan kebijakan dari pemda dapat memacu perkembangan olahraga di kabupaten dan kota untuk bergeliat mengembangkan potensi dalam menghasilkan atlet unggulan untuk Jawa Timur.
Upaya maksimal untuk Jatim juara
Sementara itu, Cahyo Kartiko menambahkan bahwa awalnya Jatim berharap bisa masuk di urutan kelima.
Pihaknya dari UNESA berupaya untuk mewujudkan target tersebut sejak tahap penjaringan hingga puslatda benar-benar dilakukan secara maksimal.
Berbagai upaya pun ditempuh. Bahkan, pelatihan tetap dilakukan meski pandemi dan PPKM.
“Kami berlakukan puslatda tertutup dengan sistem wajib SWAB in dan out. Bahkan pendampingan psikologis pun disiapkan,” terangnya.
Menurutnya, terkait perhatian terhadap olahraga disabilitas merupakan upaya UNESA untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan penyandang disabilitas.
“Inikan komitmen UNESA yang memang unggul di bidang olahraga, disabilitas, pendidikan, seni, bahasa dan budaya,” terangnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Unesa Gelar Pionir 2024, Bekali Mahasiswa Jadi Pengusaha Sukses di Era Digital
- Prodi Sistem Informasi Unesa Gelar Guest Lecture, Memahami Perubahan Kebutuhan dalam Proyek-proyek TI
- Bersama Jerome Polin, Rian Fahradi, dan Elsa Japasal, Wali Kota Eri Ajak 8 Ribu Gen Z di Surabaya Berani Wujudkan Mimpi