Dalam pandangan Direktur Maritime Strategic Center, Muhammad Sutisna, langkah Presiden Joko Widodo itu dengan menemui dua pemimpin negara yang sedang berkonflik layak untuk diapresiasi dalam dunia internasional. Apresiasi itu adalah dengan melalui Nobel Perdamaian.
- Jokowi Dinilai Sedang Mengatur Skenario Gibran Capres 2029
- Beda Prabowo-Jokowi, Satunya Tak Pakai Buzzer Satunya Gunakan Buzzer
- Rampungkan Carut Marut Negara Dengan "Selesaikan" Jokowi
“Lawatan Pak Jokowi ke Rusia dan Ukraina merupakan perjalanan berisiko tinggi, serta keamananannya sulit diprediksi," ujar Sutisna.
"Berkat keyakinan yang tinggi untuk membawa misi perdamaian, Pak Jokowi patut diapresiasi sebesar-besarnya melalui Nobel Perdamaian,” sambungnya.
Lanjut alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini, Nobel Perdamaian diberikan kepada individu atau lembaga yang memberikan upaya terbesar dan terbaik demi persaudaraan antarbangsa, penghapusan atau pengurangan penggunaan senjata, juga kampanye kongres perdamaian.
“Dari syarat seseorang maupun kelompok mendapatkan Nobel Perdamaian, Presiden Jokowi sudah masuk dalam kriteria mendapatkan nobel atas usahanya menjadi katalisator perdamaian di antara dua negara yang sedang berkonflik,” demikian Sutisna.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jokowi Dinilai Sedang Mengatur Skenario Gibran Capres 2029
- Beda Prabowo-Jokowi, Satunya Tak Pakai Buzzer Satunya Gunakan Buzzer
- Rampungkan Carut Marut Negara Dengan "Selesaikan" Jokowi