RMOLBanten. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) membantah pernyataan
pemerintah yang mengatakan pelemahan rupiah yang tembus Rp14 ribu juga
menguntungkan pengusaha dari sisi ekspor.
- Lion Air Klaim Penerbangan Charter Wuhan-Jakarta Sudah Dapat Izin Ditjen Hubud
- Laba BTN Melonjak 50% Jadi Rp2,28 Triliun
- BTN Segera Spin Off, BTB Syariah Akan Jadi Bank Umum Syariah
"Semua kena imbasnya. Kalau dihitung plus minusnya, pasti lebÂih banyak yang dirugikan. Semua sektor yang kandungan impornya tinggi pasti kena," ujar Ketua ApÂindo Hariyadi Sukamdani kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia mengatakan, seharusÂnya pelemahan ini sudah bisa diprediksi. Namun jika dilihat dari pembentukan devisa, IndoÂnesia termasuk yang agak lamÂbat. Apalagi jika dibandingkan negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, atau Vietnam.
Dari segi ekspor, Hariyadi meÂnyebut Negeri Gajah Putih bisa meraup 220 miliar dolar AS, dan Vietnam 215 miliar dolar AS. SeÂdangkan Indonesia, jauh di bawah kedua negara itu yang hanya mamÂpu mengantongi 167 dolar AS.
Bos Sahid ini menyebut, InÂdonesia sangat rentan terhadap gejolak global, terutama Amerika Serikat. "Kalau AS naikin Fed Rate kita pasti kena. Ekspor dan pariwisata yang sebenarnya harus diperkuat. Ketergantungan impor harus dikurangi, kita harus bisa menghasilkan sendiri," tuturnya.
Dia tidak memiliki prediksi kapan pelemahan ini berakhir. Namun, dia optimistis, masalah ini bisa teratasi karena Indonesia pernah mengalami hal serupa.
Hariyadi juga meminta, pemerÂintah tetap meyakinkan pelaku usaha, khususnya investor asing bahwa negara ini masih dalam jalur yang tepat dalam mengejar pertumbuhan ekonomi. Berbicara pasar, maka yang harus dibentuk adalah persepsi positif.
"Kalau semua orang yakin, pelemahan ini nggak akan lebih dalam lagi, perlahan akan balik. Nantinya, tinggal dibuktikan perÂtumbuhannya berapa, ekspornya seperti apa, dan bagaimana pariÂwisatanya," katanya.
Dia juga yakin investor tidak akan menarik uangnya, karena Indonesia merupakan pasar yang besar. Pelemahan ini berbeda dengan krisis 1998, dimana saat itu dipicu perbankan yang tidak prudent pengelolaannya.
Ketua Umum Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah InÂdonesia (Akumindo) Ikhsan InÂgratubun mengungkapkan, pelaku usaha kecil mulai resah dengan pelemahan rupiah yang menemÂbus 14.000. "Pelemahan rupiah bikin daya beli masyarakat menuÂrun, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) banyak yang gagal bayar ke bank," katanya.
Dengan kejadan ini, Ikhsan menyebut, pendapatan UMKM terkena dampaknya. Pemasukan yang lebih sedikit dari biasanya membuat pelaku usaha teranÂcam gagal bayar utang ke bank. Situasi diperparah karena tahun ini ada pesta demokrasi yang membuat investor asing menaÂhan diri masuk Indonesia.
Dia meminta pemerintah segera turun tangan, dan tidak mengambÂinghitamkan faktor eksternal. "Segeralah serius menangani hal ini dengan tidak menyalahkan keadaan global," pintanya.
Wakil Ketua Umum bidang KeÂbijakan Publik Hubungan Antar Lembaga Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengaku khawatir jika pelemahan ini terus berlanjut. SeÂbab bahan baku impor akan dibayar dengan nilai dolar AS saat ini.
Rachmat menjelaskan, idealnya nilai tukar rupiah untuk industri berbahan baku impor di kisaran Rp 12.000. Namun jika rupiah sudah menyentuh level Rp 14.000, dampak psikologis yang muncul akan menyulitkan perusahaan.
Dia berharap, pelemahan ini tidak berdampak pada harga produksi saat Ramadan. Pasalnya, perusahaan sudah mulai melakuÂkan produksi untuk memenuhi kebutuhan Ramadan, satu hingga dua bulan sebelumnya.
"Kenaikan harga mungkin alternatif terakhir. Kami akan melakukan efisiensi di berbagai lini agar harga tidak naik. Karena kami paham juga harga sangat sensitif terhadap produk makaÂnan dan minuman, apalagi saat bulan puasa," katanya.[RM]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kini UMK Dan Koperasi Bisa Terlibat Pengadaan Pemerintah Hingga Rp 15 Miliar
- Sinar Mas Land Dan Permata Bank Lakukan Kerja Sama Pemberian Fasilitas KPA
- Peringatan HUT Jatim Ke-77 Bakorwil Pamekasan, Sinando Gelar Pelatihan Budidaya Magot Bagi Pelaku UKM