Program "1 Keluarga Miskin, 1 Sarjana" yang diinisiasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sejak Agustus 2024, merupakan bagian dari "Omah Ilmu Arek Suroboyo".
- Jelang Pelaksanaan Pameran UMKM Virtual, Pemkot Surabaya Mulai Promosikan Produk
- Wali Kota Eri Minta Dishub Optimalkan Retribusi Parkir Melalui Langganan atau Pembayaran QRIS
- DPRD Kota Probolinggo Gelar RDP Bahas Iuran BPJS Bagi Korban PHK
Program ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas pendidikan gratis bagi anak berprestasi namun tidak memiliki biaya untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Salah satu siswa berprestasi yang merasakan langsung manfaat program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana adalah Zadvara Dima Al Dzaky.
Awalnya Zaky yang merupakan anak seorang pelayan toko itu, mendapatkan tawaran beasiswa kuliah jurusan Keperawatan D3 di Universitas Hang Tuah Surabaya melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya.
"Perasaan saya waktu itu, sangat bersyukur dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang. Saya yakin pendidikan ini akan sangat berguna untuk masa depan," kata Zaky dalam keterangan resmi yang diterima RMOLJatim, Jumat 25 April 2025.
Selain mendapatkan kesempatan untuk kuliah, siswa program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana, juga mendapatkan pendidikan secara komprehensif.
Mulai dari sosial, mental hingga pengembangan diri juga diperhatikan.
Pengembangan diri dilakukan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler, seperti kursus Bahasa Inggris, boxing, fotografi, melukis, musik hingga olahraga tinju.
“Di sini saya tidak hanya kuliah, tapi juga mengikuti kegiatan setelahnya untuk mengasah kemampuan saya di bidang lain,” ungkap Zaky.
Setelah lulus kuliah, nantinya Zaky berencana untuk mengabdikan diri di bidang kesehatan dan membantu masyarakat agar senantiasa sehat.
“Saya sangat termotivasi dan memiliki harapan besar untuk membantu perekonomian keluarga dan mengangkat derajat orang tua lewat program sekolah bibit unggul,” imbuh Zaky.
Kisah inspiratif lainnya datang dari Retno Ayu Maharani (19). Alumni SMKN 20 Surabaya itu kini sedang menempuh pendidikan D3 Keperawatan di Universitas Hang Tuah Surabaya.
Berasal dari keluarga sederhana di daerah Klampis Ngasem dengan pendapatan yang tidak menentu, Retno merasakan bahagia karena dapat melanjutkan pendidikan lewat program ini.
“Awalnya sulit sekali membayangkan bisa kuliah. Sebelumnya saya sudah mencoba banyak tes masuk perguruan tinggi tapi tidak berhasil. Mendapatkan kesempatan ini benar-benar membuat saya kaget dan sangat senang," ujarnya.
Selama menjalani kehidupan 8 bulan di Omah Ilmu Arek Suroboyo, Retno merasa asrama yang terletak di kawasan Kalijudan ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga tempat untuk belajar mandiri.
“Rutinitas kami tidak hanya kuliah. Pagi hari kami bangun untuk Salat Subuh berjamaah, dilanjutkan olahraga pagi. Setelahnya persiapan untuk berangkat kuliah, sekitar pukul enam pagi, kami dijemput bus untuk berangkat kuliah di Hang Tuah," ceritanya.
Sepulang kuliah, mereka kembali dijemput bus. Mengenai kebutuhan makan sehari-hari, Retno dan teman-temannya biasa membawa bekal untuk makan pagi dan siang.
“Kalau malamnya makan di asrama dengan teman-teman yang lain. Karena pagi kuliah jadi dibawakan bekal untuk makan di kampus,” imbuhnya.
Tak hanya transportasi dan makan, Retno menceritakan bahwa kebutuhan untuk kuliahnya juga terfasilitasi.
Fasilitas belajar di Omah Ilmu Arek Suroboyo juga dilengkapi komputer, printer, dan ruang belajar yang nyaman.
"Kami bisa menggunakannya setiap saat untuk menunjang perkuliahan. Awal masuk kuliah dulu, juga mendapatkan seragam dan semua perlengkapan dari sini (Omah Ilmu Arek Suroboyo)," ungkap Retno.
Menjadi salah satu penerima manfaat program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana, Retno memiliki pesan inspiratif bagi teman-teman seusianya.
Menurutnya, tidak ada yang tidak mungkin ketika seseorang memiliki tekad yang kuat akan masa depannya.
“Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha, karena pemerintah hadir lewat program-programnya. Sekarang saya bisa kuliah dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak,” pesan Retno.
Kisah inspiratif lainnya hadir dari Muhammad Rizky Saputra Subroto (19 tahun).
Berbeda dari Zaky dan Retno yang sudah mulai berkuliah, Rizky sapaan akrabnya, baru akan masuk kuliah pada Agustus atau September mendatang.
Siswa SMK Negeri 10 itu diterima di Universitas Airlangga (Unair) dengan jurusan S1 Ekonomi Syariah melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
“Jadi saya memang sudah mencari-cari cara sejak kelas 10 bagaimana bisa masuk Unair. Alhamdulilah, saya dinyatakan lulus SNBP sesuai jurusan yang saya inginkan,” katanya.
Program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana bukan hal baru bagi Rizky. Sebab, ia sudah diasuh oleh Pemkot Surabaya sejak usia 7 tahun. Awalnya Rizky mengalami masalah keluarga dan kabur dari rumah. Dia sempat menumpang ke rumah temannya hingga sampai di Kampung Anak Negeri Wonorejo, tempat tinggal untuk anak-anak bermasalah sosial.
“Saya sudah sekolah dan tinggal di Kampung Anak Negeri sejak usia 7 tahun. Karena saya akan kuliah, jadi waktu Omah Ilmu Arek Suroboyo diresmikan, saya pindah ke sini bersama teman-teman sebaya. Program ini bukan hal baru bagi saya, sebab saya sudah merasakannya sejak SD,” cerita Rizky.
Rizky berharap, melalui program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana, akan semakin banyak anak-anak yang bermasalah sosial bisa terbantu seperti dirinya.
Baginya, tidak ada yang tidak mungkin apabila terus berusaha.
“Untuk teman-teman di luar sana, tetap kejar impian kalian. Pemkot Surabaya akan selalu mendukung semua potensi arek Suroboyo lewat program-programnya,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- KPK Apresiasi MCP Kabupaten Jember Melejit Dari Buncit ke Peringkat 6
- Tinjau RS Lapangan Tembak Bersama Mensos Risma, Wali Kota Eri: Sekitar 90 Persen Persiapannya Terus Dikebut
- Nyablon Bareng Kiai Muda, Warga Kediri Gembira Ada 'Selfie bareng Ganjar'