Masyarakat Poso kini disebut telah hidup damai dalam kemajemukan. Stigma negatif Poso yang selama ini dikenal sebagai daerah konflik kini berubah menjadi daerah ramah nan asri.
- Anthony Budiawan: Mana Studinya Pemerintah Kucurkan BLT sebagai Solusi Entaskan Kemiskinan
- Anak-anak Muda Fans Risma Dukung Eri Cahyadi Jadi Wali Kota Surabaya
- Daripada Berkoalisi Dapat Cawapres, PDIP Lebih Baik Bertarung Sendiri Usung Puan Maharani
Mantan Panglima Muslim Kiai Adnan Arsal mengatakan, stigma negatif tentang Poso daerah konflik dan tidak aman sudah tidak tepat disematkan ke Bumi Sintuwu Maroso. Seluruh warga Poso kini hidup dalam kedamaian, antarumat beragam di Poso pun berjalan bersama.
Kiai Adnan yang kini menjabat Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Poso mengatakan, teror yang terjadi di Poso bukanlah sisa-sisa dari konflik masa lalu. Hal itu murni tindakan teror yang dilancarkan kelompok kecil sisa dari anak buah Santoso di Gunung Biru.
"Saya tidak ada di dalam otak untuk memberontak terhadap negara. Kita harus belajar pada sejarah, bagaimana negara menumpas para pemberontak," tutur Kiai Adnan di Pondok Pesantren Al Madinah, Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (18/9).
Ia mengimbau, ketimbang berkonflik dengan negara, ia meminta para mujahidin untuk berdamai dan bersama membangun Poso agar penduduknya hidup damai dan sejahtera. Salah satunya melalui pendidikan agar anak-anak di Poso mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
"Tidak perlu naik gunung, kita sama-sama membangun Poso, kita lihat masa depan," jelas Kiai Adnan menceritakan pengalaman berdialog dengan mujahidin.
Kiai Adnan mengamini, tidak semua sepakat dengan pandangannya. Ada beberapa orang yang ngotot dan naik ke Gunung Biru untuk tetap angkat senjata. Ia pun menegaskan kepada para pemuda yang nekat angkat senjata bukanlah bagian dari komunitas masyarakat di Poso.
"Saya ultimatum saat itu, yang di Gunung Biru bukan kelompok saya. Yang kita mau, kita sama-sama di kota bersama dengan pemerintah gulirkan kebijakan pembangunan di Poso," jelasnya.
Menurutnya, kelompok yang masih bercokol di Gunung Biru adalah musuh bersama masyarakat Poso, tidak lagi mengatasnamakan umat Islam.
Oleh karena itu, Kiai Adnan meminta seluruh stakeholder bahu-membahu menumpas dan menyelesaikan kelompok kecil sisa-sisa MIT di Gunung Biru agar kedamaian dan ketenangan warga Poso bisa berjalan dengan sepenuhnya.
"Apakah itu Densus 88, TNI-Polri, kita serahkan pada pemerintah. Kami warga Poso meminta kelompok yang di Gunung Biru diselesaikan, tinggal enam orang saja," ujarnya seperti dimuat Kantor Berita Politik RMOL.
Dalam acara yang sama, Wakil Bupati Bima, Dahlan M Noer, menyampaikan, apa yang dilakukan Kiai Adnan harus menjadi inspirasi bagi seluruh warga Bima untuk selalu menjadi pihak yang mengedepankan perdamaian, kerukunan ketimbang konflik di tengah masyarakat.
Pasalnya, meski Bima relatif kondusif, bukan berarti potensi konflik tidak ada. Konflik hadir akibat kelalaian dan masalah sepele yang tidak terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, Dahlan menilai semua pihak perlu menahan diri dan mengedepankan motivasi perdamaian agar tidak terjadi konflik di wilayah Bima.
"Kita harus mencontoh teladan Kiai Adnan Arsal dalam memperjuangkan perdamaian di Poso, terpenting tidak ada ruang untuk konflik di Bima," tutupnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Keterangan Aguan di Media Tempo Bukti IKN Omong Kosong Jokowi
- Yenny Wahid Diyakini Bawa Suara Nahdliyin untuk Prabowo
- Bawaslu Ingin Pilkada Ngawi Aman Dari Covid-19