Istilah open BO (Booking Online) cukup familiar di jagat dunia maya khususnya aplikasi Twitter demikian juga Michat. Open BO juga diidentikkan dengan pekerja seks komersil (PSK) dan dunia prostitusi via online.
- Tinjau Kepatihan dan Museum Trinil Ngawi, Pj Gubernur Adhy Dukung Upaya Revitalisasi dan Pengembangan Bangunan Bersejarah di Jatim
- Bersama Wapres Gibran Tinjau Benteng Van den Bosch, Pj Gubernur Adhy Dorong Pelestarian Bangunan Bersejarah jadi Destinasi Unggulan di Jatim
- Jalur Ngawi-Jogorogo Bakal Mulus, Begini Reaksi Masyarakat
Kantor Berita RMOLJatim mencoba menelusuri apakah benar adanya PSK yang menjajakan diri melalui aplikasi tersebut di kota kecil seperti Ngawi. Usut pun tuntas, melalui aplikasi Michat ditemukan PSK yang sengaja menawarkan diri dengan tarif tertentu.
Ketika dipancing dengan durasi short time mereka mematok harga Rp 300 ribu sekali kencan. Bahkan yang mengagetkan, para PSK ini sengaja open BO di lokasi hotel dan indekos atau biasa dikatakan kos-kosan.
Lokasi kos-kosan hanya berjarak sekitar 800 meter paling jauh 1,5 kilometer. Tahun 2022 ini tawaran kenikmatan banyak menghiasi layar ponsel dengan aplikasi MiChat.
Dari awal penelusuran, jasa layanan kenikmatan sesaat online ini memang sedang marak sejak awal pandemi Covid-19 hingga kini. Sistim pembayarannya pun bisa cash atau COD tergantung selera konsumen.
Memang tak perlu dikhawatirkan lagi, wajah-wajah mereka juga terpampang jelas di profil entah itu asli atau tidak serta diikuti tagline 'BO'. Demikian juga dengan satu kata 'Open'. Si PSK nya tidak jarang menyebut lokasi kencannya yakni di tempat kos di suatu jalan.
Menanggapi fakta seperti itu muncul beragam pendapat dari kalangan warga masyarakat di Kota Ngawi. Dari sekian komentar mereka menyebut kehadiran PSK berbasis online sangat meresahkan mengingat aplikasi media sosial seperti MiChat bisa diakses oleh semua umur.
"Iya gimana lagi sekarang memasuki era seperti ini serba medsos memang harus bijak menyikapi. Hanya saja kepada pihak yang berkompeten mohon tempat-tempat yang dicurigai itu disisir dilakukan penertiban," terang Prasmoko salah satu warga Kota Ngawi, Sabtu (01/01).
Prasmoko menyebut, jika ini dibiarkan bisa jadi penyakit masyarakat akan sulit dikendalikan. Apalagi jumlah pasien yang terinfeksi penyakit menular khususnya HIV/AIDS di Kabupaten Ngawi juga lumayan banyak bahkan ada kecenderungan meningkat setiap tahunya.
"Mohon kepada petugas kalau mau menertibkan ke lokasi hotel dan tempat kos jangan waktu-waktu yang mudah ditebak seperti jelang tahun baru dan atau lebaran. Coba hari biasa dilakukan operasi pasti menemukan yang dimaksudkan itu asal jangan bocor informasinya," pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Tinjau Kepatihan dan Museum Trinil Ngawi, Pj Gubernur Adhy Dukung Upaya Revitalisasi dan Pengembangan Bangunan Bersejarah di Jatim
- Bersama Wapres Gibran Tinjau Benteng Van den Bosch, Pj Gubernur Adhy Dorong Pelestarian Bangunan Bersejarah jadi Destinasi Unggulan di Jatim
- Jalur Ngawi-Jogorogo Bakal Mulus, Begini Reaksi Masyarakat