Meradang Akibat Kedelai, Produsen Tahu di Ngawi Berhenti Produksi

Sri Wahyuni pengusaha tahu dengan produksinya di Desa Gelung
Sri Wahyuni pengusaha tahu dengan produksinya di Desa Gelung

Persoalan harga minyak goreng belum kembali normal, kini ditambah lagi dengan persoalan harga kedelai yang makin melambung. 


Dampaknya, sejumlah produsen tahu di Ngawi, Jawa Timur terpaksa mengurangi produksi, dan sebagian lainya memilih menghentikan aktivitas produksinya untuk sementara waktu. 

Menurut Sri Wahyuni seorang pengusaha tahu di Desa Gelung, Kecamatan Paron, dengan kenaikan harga kedelai terpaksa mengurangi produksi karena khawatir ditinggal konsumennya. 

Cara serupa tersebut juga berlaku pada tiga pengusaha tahu lainya tetap bertahan hingga saat ini. Sedangkan beberapa orang pengusaha tahu lainya terpaksa menghentikan aktivitasnya. 

"Sekarang tinggal tiga orang yang masih nekat membuat tahu termasuk saya. Lainya tutup karena jika nekat jelas merugi terus," terang Sri Wahyuni dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu, (24/2).

Jelasnya, beberapa pekan terakhir harga kedelai terus merangkak naik dari Rp 8 ribu per kilogram, kini pindah harga tembus Rp 12 ribu per kilogram. 

Nasib serupa juga dialami Riyanto yang selama ini memproduksi tahu mentah atau tahu pong. Ia mengaku sebelum harga kedelai naik mampu memproduksi tahu dari bahan dasarnya itu sekitar 1 kuintal kedelai. Sekarang dikurangi drastis pada kisaran 70 kilogram kedelai. 

"Mohon ke pemerintah secepatnya menormalkan kembali harga kedelai seperti sedia kala. Padahal di desa saya sini (Desa Gelung-red) ada 14 pengusaha tahu kalau harganya terus naik saya yakin akan gulung tikar," pungkas Riyanto.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news