Perkembangan dunia digital akan banyak berperan dalam menyebarkan informasi politik. Baik itu melalui media massa ataupun media sosial, akan banyak informasi tersebar terlebih menjelang Pemilu 2024.
- Meutya Hafid, Mantan Jurnalis yang Pernah Diculik di Irak Jadi Menteri Komunikasi dan Digital
- Pemerintah Diingatkan Potensi Ancaman Keamanan di IKN
- Panglima TNI dan KSAD Sudah Klarifikasi, Komisi I DPR: TNI Solid, Isu Disharmoni Jangan Diperpanjang
Begitu dikatakan Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid dalam webinar “Dinamika Politik dan Populisme di Indonesia” yang digelar Sekolah Politik bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (23/5).
“Dinamika politik saat ini, diwarnai dengan perkembangan digital atau media sosial," ujar Meutya Hafid sebagaimana dimuat Kantor Berita Politik RMOL.
Dalam fenomena digital saat ini, kata Meutya, konsumsi informasi yang tidak akurat dinilai sangat berbahaya bagi dinamika politik Indonesia.
Pasalnya, lanjut politisi Partai Golkar itu, informasi yang tidak akurat dapat menimbulkan kepanikan dan kekacauan, memecah belah masyarakat, meningkatkan diskriminasi, dan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam aktivitas politik.
Kata Meutya, diperlukan kesiapan emosional dari individu dalam mencerna satu informasi. Sehingga, tidak sembarang mencerna informasi tanpa dipastikan akurasi kebenarannya.
"Tantangannya adalah sosial media saat ini jauh lebih tajam, sebab itu perlu dicerna, dipahami, dan jangan sampai dikendalikan oleh emosi," pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Geger, Sepasang Muda Mudi di Jember Live Video Mesum di Media Sosial
- Konten Porno Hingga Judol Marak di Instagram dan WhatsApp, Pemerintah Didesak Panggil Meta
- Meutya Hafid, Mantan Jurnalis yang Pernah Diculik di Irak Jadi Menteri Komunikasi dan Digital