- Paranoid Aktor Negara Mengawasi Warga
- Mengulas Kembali ''Pergerakan Merah'' Hindia Belanda
- Warga Butuh Ruang Publik yang Bebas
BULAN Januari 1979, sebelum berangkat mengasingkan diri ke luar negeri, Shah Iran, Mohammad Reza Pahlavi menunjuk Shahpour Bakhtiar sebagai perdana menteri. Diantara kebijakan awal Bakhtiar adalah membubarkan organisasi ''Sazman-e Ettalaat Va Amniat-e Kashvar'' (SAVAK). Organisasi intelijen yang selama bertahun-tahun mengawal pemerintahan Shah Iran.
Sebulan usai SAVAK dibubarkan, Ayatullah Khomeini kembali ke Iran dari pengasingannya di Prancis. Khomeini membentuk pemerintahan sementara dan melakukan persidangan terhadap para pejabat tinggi SAVAK. Memasuki Maret 1979, dari hasil referendum yang digelar terbentuklah Republik Islam Iran. Selama musim semi sampai musim panas di Iran, pemerintahan yang baru terbentuk itu kembali memperkerjakan mantan SAVAK untuk menghidupkan kegiatan kontra-intelijen serta berbagai operasi lainnya.
Pada bulan April 1979, dibentuk Pasdaran, nama korps pengawal revolusi Iran. Melalui referendum pada Desember 1979, Ayatullah Khomeini ditetapkan sebagai pemimpin tertinggi, dan Januari 1980 Abolhassan Banisadr terpilih sebagai presiden pertama Republik Islam Iran. Setelah melalui persidangan pada Agustus 1983, Majlis Republik Islam Iran mengesahkan undang-undang pembentukan Ministry of Intelligence and Security, Kementerian Intelijen dan Keamanan yang biasa disingkat MOIS. Dalam bahasa Farsi disebut Vezarat-e Ettela'at va Amniat-e Keshvar (VEVAK).
Setahun kemudian, Agustus 1984, Mohammad Reyshahri menjadi menteri pertama di kementerian ini. Namun, usai terpilih sebagai presiden pada Agustus 1989, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani mengganti Mohammad Reyshahri dengan Ali Fallahian. Periode ini ditandai dengan serangkaian operasi intelijen MOIS di luar Iran. Termasuk pembunuhan mantan perdana menteri Iran, Shahpour Bakhtiar, di Prancis pada Agustus 1991.
Usai terpilih sebagai presiden pada Agustus 1997, Mohammad Khatami menunjuk Qorbanali Dorri-Najafabadi sebagai menteri MOIS. Setahun kemudian, yakni November 1998, Khatami membentuk komite dipimpin mantan wakil menteri MOIS, Said Hajjarian, menyelidiki tewasnya lima pembangkang Iran. Hasilnya, pada Januari 1999 MOIS mengumumkan keterlibatan puluhan agen MOIS dan perwira Pasdaran. Buntut peristiwa ini, Qorbanali Dorri-Najafabadi mengundurkan diri pada Februari. Ia digantikan Ali Yunesi.
Dari tahun 2000 sampai 2003, MOIS memperoleh sorotan tajam di internal masyarakat Iran berkaitan dengan keterlibatan sejumlah perwira MOIS dalam pembunuhan berencana. Dan usai terpilih sebagai presiden pada Agustus 2005, Mahmud Ahmadinejad menunjuk Mohseni-Ejei memimpin MOIS. Di bawah kepemimpinan Mohseni-Ejei, suasana dalam negeri Iran relatif stabil. Gejolak baru muncul pada Juni-Agustus 2009 tatkala aparat keamanan Iran bertindak brutal terhadap aksi protes berjuluk The Green Movement (Gerakan Hijau).
Ahmadinejad segera mengganti Mohseni-Ejei dengan Heydar Moslehi pada Agustus 2009. MOIS mulai gencar terlibat dalam perang di jagat maya. Pada Mei 2011, MOIS menahan 30 orang atas tuduhan telah bekerjasama dengan jejaring intelijen CIA yang bermarkas di kedutaan AS di Uni Emirat Arab, Turki dan Malaysia. Uniknya, pada Maret 2011, sejumlah pejabat AS menyebut kelompok Mojahedin-e-Khalq (MEK) yang didanai Mossad terlibat dalam pembunuhan ilmuwan nuklir Iran.
Pada Agustus 2013, Hasan Rouhani terpilih sebagai presiden Iran. Rouhani menunjuk Mahmud Alavi sebagai menteri MOIS. Selama 2017, MOIS sibuk melawan ISIS di berbagai front, selain juga melakukan serangkaian operasi intelijen di Eropa. Sekitar Juni 2019, MOIS mengklaim telah membongkar jaringan kerja 290 mata-mata siber CIA. Dan pada November 2020, MOIS mengumumkan pembunuhan terhadap Mohsen Fakhrizadeh dilakukan agen Israel menggunakan senapan mesin dengan remote. Fakhrizadeh figur kunci pengembangan nuklir Iran.
Pada Agustus 2021, Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden ke-8 Iran. Raisi menunjuk Esmail Khatib sebagai menteri MOIS. Sepanjang bulan April sampai Juli 2022, MOIS berhasil menggagalkan rencana sabotase serta pembunuhan yang didalangi Mossad. Bahkan pada Februari 2023, MOIS mengungkap jaringan penyabot berbagai fasilitas penting Iran. Jaringan ini didanai langsung oleh Israel.
Akhirulkalam, aktivitas intelijen MOIS memang tak terbatas di wilayah internal Iran untuk ikut menjaga keamanan serta mempertahankan stabilitas. Namun, lebih dari itu, kegiatan MOIS juga terendus di berbagai negara. Diantaranya melakukan rekrutmen informan atau merencanakan plot pembunuhan terhadap lawan-lawan politik rezim Iran yang terdeteksi di luar Iran. Walau demikian, tingkat kepekaan serta deteksi dini MOIS terhadap infiltrasi tetap layak dipertanyakan karena terbukti Iran sering kebobolan. Yang terbaru, tewasnya pemimpin HAMAS Ismail Haniyeh di Teheran Juli 2024.@
* Penulis adalah akademisi dan periset
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Paranoid Aktor Negara Mengawasi Warga
- Mengulas Kembali ''Pergerakan Merah'' Hindia Belanda
- Warga Butuh Ruang Publik yang Bebas