Museum Ruang Yang Baik Bagi Generasi Muda

Pentas dongeng sejarah bertajuk AkhirPekan@MuseumNasional Season 6 berlangsung di Museum Nasional Indonesia.


Pentas diinisiasi Museum Nasional bekerja sama dengan Dapoer Dongeng dan Teater Koma.

Lakon Mangan Ora Mangan, Gempur! mengangkat sejarah dramatis periode tahun 1628-1629 saat Sultan Agung mengerahkan 250 ribu prajuritnya untuk menghancurkan Benteng Batavia yang dipimpin Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.

Direktur Museum Nasional Indonesia Siswanto menjelaskan, tema-tema dari lakon AkhirPekan@MuseumNasional bertujuan untuk mendukung pendidikan karakter bangsa.

"Di tengah-tengah upaya segelintir pihak mengancam keutuhan NKRI, museum bisa menjadi ruang yang baik bagi anak-anak dan keluarga untuk belajar sekaligus merenungkan hal-hal yang menjadi kekuatan kita," tuturnya di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Minggu (29/4).

Menurut Siswanto, sebanyak 140 ribu lebih artefak koleksi Museum Nasional yang berasal dari zaman pra sejarah menjadi bukti kebhinnekaan dan keterbukaan bangsa Indonesia.

Terbukti, enam tahun berjalan, program storytelling tersebut telah menjadi salah satu unggulan yang berhasil mendongkrak kunjungan ke Museum Nasional hingga 20 persen, khususnya dari segmen generasi muda.

Jumlah penonton yang hanya 175 orang per hari saat program pertama kali diluncurkan terus tumbuh lebih dari 300 persen, sehingga kini meraih rata-rata 750 penonton per hari. Kenaikan juga berkontribusi pada keberhasilan Museum Nasional terus mendongkrak jumlah pengunjung yang tadinya 170 ribu pengunjung per tahun pada 2009 menjadi 250 ribu pada 2015, hingga kini mendekati 500 ribu per tahun.

"Peningkatan itu tak terlepas dari kepeloporan Museum Nasional Indonesia dalam memasukkan unsur teater, menjelajah, dan bermain yang menyesuaikan pada jiwa anak-anak sebagai sajian utama kunjungan ke museum," papar Siswanto. 

Melalui program AkhirPekan@MuseumNasional, pengunjung bukan cuma dipandu keliling museum tapi juga diajak menyimak kisah-kisah di balik artefak koleksi oleh para aktor Teater Koma yang digabungkan dengan permainan treasure hunt.

Penonton diajak mencermati aneka koleksi yang berkaitan dengan cerita dalam lakon teater sembari menyelesaikan aneka kuis dalam peta jelajah. Lembar aktivitas khusus dirancang untuk mendorong anak-anak terbiasa mendiskusikan hal-hal yang diamati dengan orang tua, guru, dan sesamanya.

"Sejarah menjadi alat yang baik untuk melatih hal itu karena kita bisa mempelajari aneka catatan dan artefak yang tersimpan. Museum Nasional Indonesia menjadi tempat terbaik untuk mempelajari itu karena koleksinya yang luar biasa," demikian Siswanto. [dzk]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news