Nuansa Peringatan Intelijen yang Kian Luas

Foto dok
Foto dok

SALAH satu peran penting dari kegiatan intelijen adalah mendukung pembuatan keputusan. Peran ini dijalankan oleh lembaga intelijen di seluruh dunia, termasuk intelijen untuk dunia swasta. Korporasi yang sedang menghadapi kompetitor tentu membutuhkan informasi akurat, terverifikasi serta tervalidasi tentang berbagai kegiatan atau rencana dari kompetitor.

Selain mengumpulkan informasi penting dan berharga untuk kemudian dianalisa, lembaga atau bagian intelijen kemudian membagikan hasil analisa tersebut ke para pengambil kebijakan. Analisa yang dilakukan bukan hanya terkait pada situasi aktual yang sedang dihadapi, namun juga secara proaktif berisi berbagai kaitan di masa mendatang.

Dengan kata lain, layanan intelijen secara tentatif mengantisipasi tantangan masa depan yang dihadapi sebuah negara atau korporasi. Sehingga asupan analisa intelijen kepada pembuat kebijakan akan mendorong pembuat kebijakan untuk mempersiapkan berbagai skenario menghadapi situasi mendatang. Termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan skenario kontra-intelijen.

Buku ini mengurai segala ihwal peringatan dini yang biasa diberikan oleh lembaga intelijen kepada para pembuat kebijakan. Sekitar 17 pakar di bidang intelijen berkonstribusi dalam buku ini. Diantaranya, Pauline Blistène, koordinator riset pada pusat kajian intelijen di  King’s College London. Lalu, Aaron Brantly, mahaguru sains politik di Virginia Tech, AS. Brantly fokus pada kebijakan keamanan nasional. Dan beberapa penyumbang artikel lainnya, yang rata-rata mereka fokus pada intelijen dan keamanan nasional.

Lembaga intelijen mempunyai dua tugas penting. Deteksi, amati lalu peringatkan, rangkaian ini menjadi tugas utama lembaga intelijen. Selain itu, tugas yang diemban lembaga intelijen adalah memberi pertimbangan respon preventif kepada pembuat kebijakan setelah ancaman yang akan muncul telah tergambarkan secara utuh. Walau demikian, aspek peringatan tetap menjadi prioritas. Apalagi, setelah peristiwa 9/11 di New York, AS, aspek tersebut menjadi perhatian utama.

Terutama pada dimensi strategi dan taktik (stratak). Peringatan yang berdimensi strategis berbeda dari dimensi taktis. Dimensi strategis mempunyai jangkauan lebih jauh dan lama. Peringatan berdimensi strategis dari lembaga intelijen kepada pembuat kebijakan harus disertai dengan paparan tentang ancaman jangka panjang yang bisa terjadi. Sedangkan peringatan taktis berdimensi pendek, namun tetap bermanfaat bagi pembuat kebijakan. Dimensi ini jangka pendek. Bisa dalam hitungan jam sampai beberapa bulan mendatang.

Misalnya, ketika Rusia melakukan aneksasi ke wilayah Crimea pada tahun 2014. sejumlah lembaga intelijen di Eropa memberi peringatan berdimensi strategis ke pembuat kebijakan di negara masing-masing. Tujuannya, untuk mengantisipasi jika aneksasi Rusia tersebut tak hanya berhenti di wilayah Crimea, tapi berlanjut ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.

Sedangkan peringatan berdimensi taktis bisa diperhatikan dari upaya lembaga-lembaga intelijen seluruh dunia memberi asupan analisis kepada pemangku kebijakan saat Rusia secara cepat melakukan invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Peringatan taktis ini pun segera ditindaklanjuti dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai dampak serta ancaman lanjutan usai invasi tersebut.

Peringatan intelijen juga bisa ditinjau dari dimensi tradisional dan non-tradisional. Kehadiran ancaman akibat sebuah peristiwa yang terjadi di wilayah lain sesungguhnya menjadi bagian dari peringatan dimensi tradisional. Sebab, ancaman wilayah akan selalu muncul berkaitan pada batas wilayah yang hal itu bersinggungan langsung pada kedaulatan serta martabat bangsa.

Sedangkan peringatan intelijen berdimensi non-tradisional lazimnya tertuju kepada perkembangan-perkembangan baru yang sering terlihat tak berdampak langsung terhadap bangsa dan negara. Misalnya, isu lingkungan yang kini menjadi perhatian seluruh negara. Dalam dimensi peringatan non-tradisional, maka isu lingkungan akan menimbulkan ancaman tak langsung terhadap masyarakat sipil maupun militer dalam sebuah negara. Sehingga perlu peringatan taktis-strategis mengantisipasinya.

Tampaknya, buku hasil kajian terhadap berbagai peristiwa kontemporer yang pada gilirannya mempengaruhi situasi suatu negara dan bangsa ini memang menyajikan topik-topik pembelajaran aktual bagi dunia intelijen. Misalnya, ketika Kabul di Afghanistan kembali dikuasai Taliban pada 2021. Tentu saja, bukan cuma Pakistan yang was-was sehingga meningkatkan peringatan dini. Namun, peringatan strategis juga ditunjukkan oleh lembaga-lembaga intelijen di Eropa, meski dari segi wilayah, Eropa jauh dari Kabul. Oleh karena itu, peringatan intelijen bukan peringatan biasa. Itu peringatan yang benar-benar harus diperhatikan para pembuat kebijakan.

* Penulis adalah akademisi dan periset

ikuti terus update berita rmoljatim di google news