Varian baru virus corona B.1.1.529 atau yang lebih dikenal dengan Omicron telah ditemukan di sebanyak 57 negara di dunia.
- Pemerintah Diingatkan Jangan Teken Pandemic Agreement Dengan WHO, Mantan Menkes: Sangat Berbahaya
- Solusi untuk Gaza Perdamaian Bukan Bantuan
- Kota Surabaya Masuk Sebagai Kandidat Kota Sehat Dunia Akreditasi WHO SEARO
Demikian data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan mingguannya yang dirilis pada Rabu (8/12), seperti dikutip Reuters. WHO menyebut jumlah pasien yang membutuhkan perawatan rumah sakit juga diperkirakan meningkat.
WHO mengatakan, masih membutuhkan data yang lebih banyak untuk meninjau keparahan yang diakibatkan oleh Omicron, dan apakah mutasinya dapat mengurangi efektivitas vaksin yang tersedia.
"Meski tingkat keparahan kemungkinan sama atau bahkan lebih rendah daripada varian Delta, namun jumlah kasus yang membutuhkan penanganan rumah sakit diperkirakan meningkat," jelas WHO.
Badan tersebut menjelaskan, jika ada lebih banyak orang yang terinfeksi, maka akan ada jeda waktu antara peningkatan kejadian kasus dan peningkatan kematian.
Varian Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 24 November. Dua hari kemudian, WHO menggelar pertemuan darurat dan memasukkan Omicron sebagai salah satu varian yang perlu mendapatkan perhatian.
Di Afrika Selatan, Omicron menjadi faktor penyebab peningkatan kasus Covid-19. Bahkan dalam sepekan, Afrika Selatan melaporkan penggandaan kasus hingga mencapai 62 ribu.
Peningkatan kasus Covid-19 akibat Omicron juga terjadi di Eswatini, Zimbabwe, Mozambique, Namibia, dan Lesotho.
Mengacu pada risiko infeksi ulang, WHO mengatakan analisis awal menunjukkan bahwa mutasi yang ada dalam varian Omicron dapat mengurangi aktivitas penetralan antibodi yang mengakibatkan berkurangnya perlindungan dari kekebalan alami.
"Ada kebutuhan lebih banyak data untuk menilai apakah mutasi yang ada pada varian Omicron dapat mengakibatkan berkurangnya perlindungan dari kekebalan yang diturunkan dari vaksin dan data tentang efektivitas vaksin, termasuk penggunaan dosis vaksinasi tambahan," demikian WHO.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pemerintah Diingatkan Jangan Teken Pandemic Agreement Dengan WHO, Mantan Menkes: Sangat Berbahaya
- Solusi untuk Gaza Perdamaian Bukan Bantuan
- Kota Surabaya Masuk Sebagai Kandidat Kota Sehat Dunia Akreditasi WHO SEARO