Pesan politik tentang pentingnya berkoalisi parpol saat bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) menjadi cerminan kemunculan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
- Tidak Dikelola dengan Baik, KIB Berada di Ujung Tanduk
- Golkar Pastikan KIB Masih Utuh, Nurul Arifin: Dalam Politik Tidak Ada Istilah Pecah
- PAN Ungkap Nasib KIB Dua Pekan Ke Depan
KIB yang saat ini berisi Golkar, PAN, dan PPP juga seakan ingin memberi pesan kepada partai politik bahwa berkoalisi akan lebih baik dibanding mengusung capres sendirian.
Dalam hal ini, pesan tersebut lebih cenderung ditunjukkan kepada PDI Perjuangan yang telah memenuhi ambang batas pencalonan presiden 20 persen.
"Munculnya KIB sebagai sebuah pesan politik kepada publik tentang pentingnya koalisi daripada partai yang memenuhi presidential threshold untuk mencalonkan presidennya sendiri. Sehingga koalisi itu menjadi penting," ujar pakar komunikasi politik Universitas Padjajaran (Unpad), Dadang Rahmat Hidayat saat dihubungi Kantor Beirta Politik RMOL, Senin (30/5).
Dalam konteks pencalonan presiden, Dadang memandang perlu adanya koalisi, meskipun ada satu partai yang bisa mencalonkan sendiri jagoannya karena sudah memenuhi presidential threshold
"Pun sebenarnya tetap butuh berkoalisi untuk memenuhi targetnya menggolkan capresnya," imbuhnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Mendekati pesta demokrasi lima tahun sekali, sudah sejauh mana sih kamu mengenal para paslon presiden dan wakil presiden yang bertanding?
- Tidak Dikelola dengan Baik, KIB Berada di Ujung Tanduk
- Golkar Pastikan KIB Masih Utuh, Nurul Arifin: Dalam Politik Tidak Ada Istilah Pecah