Mahasiswa harus bisa berpikir kritis dan paham dengan wacana kontraproduktif bagi Indonesia kedepan. Karena itu, mahasiswa dan pemuda harus konsolidasi untuk menyatukan kekuatan, agar selau bisa berpikir kritis.
"Jika para pemuda nantinya hanya disibukkan dengan persoalan-persoalan paham radikalisme dan kontraproduktif, maka Indonesia akan semakin terbelakang," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) Juventus Prima Yoris Kago, dalam Sarasehan dan Deklarasi Pemuda Indonesia Membangun Bangsa di Menteng, Jakarta Pusat, seperti dikutip dari kantor berita RMOL, Sabtu (10/11).
- UUD 2002 Terapkan Sistem Demokrasi Ala Barat, Partai Politik jadi Pemegang Kekuasaan Tertinggi
- Pengamat Sebut Ganjar Gagal Membangun Jawa Tengah
- Proyeksi Pemerintah Tahun 2022 Ekonomi Tumbuh 5,8 Persen Dinilai Tidak Realistis
"Pemuda Indonesia perlu mengkonsolidasikan kekuatannya bagi pembangunan bangsa dan membendung segala bentuk gerakan dan aksi yang kontraproduktif dengan wacana kebangsaan Indonesia," tutur Juventus.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), Najih Prasetyo melihat fenomena hoax sebagai ancaman bagi pemuda Indonesia. Untuk itu, pemuda ditantang menghadapi paham radikalisme dengan cara menghindari kabar-kabar yang tidak jelas sumbernya.
"Untuk narasi krisis multikulturalisme ia berpandangan bahwa pluralisme merupakan akar berdirinya bangsa Indonesia sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi," ujarnya.
Menanggapi fenomena hoax, ia menambahkan, salah satu penyebab rentannya generasi muda Indonesia terpapar kabar hoax adalah rendahnya budaya membaca.
Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Robaytullah Kusuma Jaya beranggapan diskursus tentang Pancasila dan Nasionalisme harusnya tidak lagi dilakukan saat ini. Menurut dia, hal itu sudah dilakukan oleh para pejuang serta pencetus teori tentang dasar negara Indonesia di tahun 1945.
"Yang terjadi hari ini harusnya adalah bagaimana mengimplementasikan dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila tersebut," ujarnya.
Ia menambahkan, generasi muda harus mampu memfilter mana kabar hoax dan mana yang harus kita telaah. Pemuda harus bisa menyinkronkan pemikirannya yang Pancasilais dengan keberadaannya sebagai generasi milenial.
Sarasehan dan Deklarasi ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Pahlawan. Ada tiga poin penting yang dibahas dalam sarasehan dan deklarasi ini yakni Pancasila di tengah infiltrasi Ideologi asing, fenomena hoax, dan wacana menuju revolusi industri 4.0.
Sarasehan ini ditutup dengan pembacaan Deklarasi Pemuda Indonesia Membangun Bangsa oleh Ketua Presidium PP PMKRI.[bdp
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Permenaker 2/2022 Bukti Negara Tega dan Abai terhadap Warganya
- Didampingi Refly Harun, Rizal Ramli Ajukan JC Presidential Threshold Ke MK Pagi Ini
- Jika Tidak Jadi RI 1, Seapes-apesnya Muhaimin Iskandar Harus Jadi Wakil Presiden