Keberadaan Pasar Digital, Kaulinan di Kampung Nanggorak Cibadak, Desa Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang mendapat apresiasi dari Menteri Pariwisata (Menpar), Afief Yahya.
- Wisata Kota Tuo Resmi Dibuka
- Penasaran, Walikota Surabaya hingga Komjen Jepang Kunjungi Kota Tua Gresik
- Bromo jadi Taman Nasional Tercantik di Dunia, Begini Ungkapkan Kegembiraan Gubernur Khofifah
"Saya sangat senang sekali dengan Pemprov Banten yang sangat cepat dan tanggap dalam mendukung program pusat, salah satunya Pasar Kaulinan yang di Menes, Pandeglang," kata Menpar Afief dalam unggahan instagramnya.
Sementara itu, Ketua Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten, Nisaul Hasanah mengungkapkan, Pasar Kaulinan di Menes tak hanya mendapatkan nilai positif dari pemerintah pusat, tetapi juga dari masyarakat.
"Pengunjung yang datang ke Pasar Kaulinan dari minggu ke minggu bertambah banyak. Bukan dari Banten saja, tetapi juga dari luar seperti Jakarta dan Jawa Barat," ungkapnya belum lama ini.
Dijelaskan Nisa, nama Kaulinan diambil dari Bahasa Sunda yang berarti permainan. Pasar Kaulinan menyediakan berbagai permainan tradisional dan modern bagi para pengunjung. Mulai dari enggrang, congklak hingga panahan.
"Ada juga kesenian tradisional seperti silat dan debus turut menjadi hiburan bagi warga yang datang. Silat dan debus sendiri merupakan kesenian khas Banten yang harus dilestarikan," ungkapnya.
Bagi pengunjung yang menyukai wisata kuliner, di sebelah selatan panggung disediakan saung berbagai macam makanan dan minuman tradisional. Ada kue balok, bubur sop, es goyobod, es sereh, uli, petis buh dan masih banyak lainnya.
"Yang menjadi ciri khas dalam Pasar Kaulinan Menes, sistem jual beli dilakukan dengan menggunakan uang batok. Sebelum membeli makanan, para pengunjung diminta untuk menukarkan uang menjadi uang batok yang disediakan panitia. Uang batok ini yang digunakan untuk transaksi sesuai dengan nominal yang tertera pada batok tersebut," tambahnya.
Berbagai perlombaan yang diadakan juga menjadi daya tarik tersendiri. Melukis caping kategori usia 9-15 tahun, pelatihan jurnalistik dan lomba menulis berita, lomba foto dan vlog bagi peserta yang memiliki camera atau smartphone hingga lomba memancing.
"Dan tak kalah pentingnya, bagi anak-anak yang datang, dapat melihat pemandangan bukit dan para petani yang bercocok tanam. Mereka juga bisa belajar langsung cara menanam padi, sehingga dapat mengajarkan kepada generasi penerus bangsa akan besarnya jasa petani, dan menghargai alam," pungkas Nisa.[mor]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Berpotensi, Warga Diminta Tak Jenuh Kembangkan Wisata Gampong Nusa
- Nikmati Sensasi Jembatan Kaca Seruni Point, Gubernur Khofifah: Jadi Primadona Icon Baru Wisata di Kawasan Bromo
- Parade Dongkrek Masuk Menjadi Agenda Wisata Tahunan di Kabupaten Madiun