Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Palasdhika STIE Mahardhika menggelar kegiatan penanaman pohon mangrove di kawasan wisata Wonorejo pada Minggu (28/7).
- Bukan di Atas Saluran, Puluhan Bangunan di Gebang Putih Berdiri di Lahan Milik Swasta
- Pendaftar Jabatan Sekkota Surabaya Mayoritas Bergelar Doktor
- Bertemu Masyarakat Internasional di Jakarta, Anies: Kami Pamit, Tugas di Jakarta Hampir Selesai
Hal ini mengingat hutan mangrove banyak ditemukan di daerah pesisir pantai hingga rawa, dan sekaligus memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis.
Maulana Hidayat, aktivis Khatulistiwa USAR dan Lingkungan Hidup, saat ini keadaan mangrove di Surabaya terus mengalami penyusutan dari yang sebelumnya seluas 3.300 Ha pada 1978 menyusut menjadi 2.504 pada 2020, dan mungkin tersisa 1.500-2000 Ha.
"Sampai saat ini pun alih fungsi lahan menjadi masalah utama degradasi kawasan mangrove yang ada di Jawa Timur. Karena itu dibutuhkan aksi nyata," terang Lala, sapaan Maulana Hidayat pada Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (30/7).
Menurut Lala, fungsi ekologis dari hutan mangrove menjadi habitat atau tempat hidup, berlindung, mencari makan, atau berkembang biak binatang laut, serta dapat juga sebagai stabilisator garis pantai.
Melalui kegiatan penanaman pohon mangrove bertema DUMANG The Growth (PeDUli MANGrove), anak muda STIE Mahardhika ingin menunjukkan kepedualiannya terhadap kondisi lingkungan yang kini memprihatinkan.
"Ini bentuk kepedulian generasi muda terhadap lingkungan. Penanaman mangrove untuk mengurangi abrasi yang terjadi," kata Nanda, salah satu panitia kegiatan sekaligus aktivis dari Mapala Palasdhik.
Kegiatan ini melibatkan 80 orang peserta dari Mahasiswa STIE Mahardhika dan beberapa elemen Mapala Surabaya dan Madura, serta Komunitas Peduli Lingkungan Surabaya.
Dalam kegiatan itu dilakukan pula sharing session mengenai konservasi dan lingkungan, dan pembahasan seputar mangrove.
Sementara praktisi mangrove, Lulut, menjelaskan secara ekonomi, bahwa ekosistem mangrove berfungsi sebagai fishing ground (daerah penangkapan ikan) yang produktif, seperti penghasil nener, ikan, udang dan biota lainnya.
"Mangrove bisa menghasilkan berbagai produk yaitu kayu, bahan pewarna, makanan, madu, obat-obatan, kosmetika, bahkan hutan mangrove diketahui dapat dimanfaatkan sebagai sumber gula, alkohol, sampai dengan cuka. Dengan begitu, hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang strategis terhadap kehidupan di masa yang akan datang," tandasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Wali Kota Eri Dukung PSN SWL Asal Reklamasi Tak Ganggu Ekonomi Nelayan dan Hutan Mangrove
- Acer Indonesia Tanam 1000 Mangrove di Kawasan Konservasi Wonorejo
- Tak Hanya Jaga Ekosistem, Hutan Mangrove juga Bisa Hambat Pergerakan Musuh dari Laut