Pelajaran dari Skandal Iran-Contra

Foto dok
Foto dok

BAGI generasi saat ini, boleh jadi sebagian besar belum pernah mendengar istilah ''Iran-Contra''. Istilah yang sempat sohor pada dekade '80an usai Revolusi Islam Iran 1979, ketika aksi massa Iran sukses mendongkel monarki Iran. Shah Iran, Mohammad Reza Pahlevi, menyingkir ke luar negeri pada 11 Februari 1979. Organisasi polisi rahasia SAVAK yang secara brutal dan kejam menjadi penopang monarki selama bertahun-tahun kemudian menjadi sasaran kemarahan rakyat Iran.

Gelombang aksi demonstrasi marak di jalan-jalan Teheran, ibukota Iran. Mereka marah pada campur tangan negara-negara Barat pada urusan domestik Iran. Diantara sasaran kemarahan massa tertuju pada Kedutaan Besar AS di Teheran. Para demonstran meyakini kedutaan itu menjadi sarang CIA, mentor SAVAK. Selama bertahun-tahun CIA memandu SAVAK melakukan berbagai aksi meneror warga. Aksi SAVAK ini ikut memantik kemarahan rakyat Iran.

Serang mahasiswa Iran pada kedubes AS terjadi pada 4 November 1979. Sebanyak 53 pegawai AS disandera dalam gedung kedubes. Penyanderaan itu memantik krisis selama 444 hari, dan baru berakhir pada 20 Januari 1981 usai Kesepakatan Aljazair ditanda-tangani AS dan Iran. Delapan pegawai AS dan satu warga Iran tewas ketika dilakukan upaya penyelamatan para sandera. Krisis penyanderaan ini langsung menurunkan pamor Presiden AS Jimmy Carter di negerinya.

Sementara, pada 4 November 1980 Pemilu AS digelar dan Partai Republik mengusung Ronald Reagan. Krisis penyanderaan di Iran benar-benar menghantam Partai Demokrat yang masih mengusung petahana, Jimmy Carter. Kemenangan segera diraih Ronald Reagan, mantan aktor film yang menjadi politisi Partai Republik. Reagan tampil di panggung politik dunia. Dua bulan kemudian, memasuki Januari 1981, upaya penyelesaian krisis penyanderaan berlangsung alot. Meski, pada akhirnya para sandera lantas dibebaskan.  

Namun, ketegangan antara Iran dan AS masih tinggi. Terutama kepemimpinan Ayatullah Khomeini bersikap keras terhadap AS dan negara-negara Barat. Merespon situasi ini, AS spontan secara resmi mengembargo ekspor persenjataan ke Iran. Padahal, ekspor ini sebelumnya sudah berlangsung selama bertahun-tahun di bawah kepemimpinan monarki Shah Iran.

Buku ini menyegarkan kembali ingatan terhadap peristiwa dekade '80an. Ketegangan antara AS dan Iran di panggung internasional. Ironinya, buntut ketegangan kedua negara tersebut ternyata bukan konflik fisik langsung, melainkan berupa skandal transaksional. Beken dikenal sebagai skandal ''Iran-Contra''. Skandal ini terungkap setelah pada tanggal 5 Oktober 1986, militer Nikaragua menembak jatuh sebuah pesawat yang dipiloti warganegara Amerika yang membawa senjata AS yang ditujukan untuk gerilyawan "Contra" Nikaragua.

Insiden itu mengungkap operasi rahasia pemerintah AS menjual senjata kepada Iran lalu mengalihkan keuntungan penjualan tersebut membiayai gerilyawan Contra Nikaragua. Tindakan ini memicu perselingkuhan Iran-Contra yang terkenal dan akhirnya menimbulkan pertanyaan tentang batas-batas Kekuasaan Eksekutif—dan kemungkinan keterlibatan Presiden Ronald Reagan dalam merancang skema penjualan senjata secara keseluruhan. Padahal, rakyat AS masih melihat Iran sebagai negara anti-AS.

Melalui berbagai dokumen resmi yang sudah boleh dipublikasikan, penulis buku ini kembali merekonstruksi skandal yang sangat memalukan itu. Sebagai sumber penting untuk riset, dokumen itu bisa menceritakan bagaimana pelanggaran terjadi pada masa kepresidenan Ronald Reagan. Yang paling banyak diantaranya adalah transkrip sidang komite gabungan Iran-Contra 1987, disertai ratusan dokumen, dan laporan lanjutan. Yang juga penting adalah ribuan dokumen Iran-Contra yang disediakan Arsip Keamanan Nasional (National Security Archive). Arsip-arsip itu tersedia secara daring dalam koleksi digital, serta memoar pejabat pemerintah dan penyidik kala itu.

Penulis buku menjabar dalam tiga bagian. Pertama, berbicara tentang skema. Ada lima bab mengulas bagaimana skema diawali di Kongres AS ketika AS harus membantu gerilyawan Contra di Nikaragua. Bantuan yang dihasilkan dari keuntungan penjualan senjata. Kedua, penulis mengurai lika-liku skandal yang berlangsung. Ada tiga bab mengurai lika-liku ini, termasuk bagaimana cara para pelaku skandal berusaha menutupi operasi rahasia tersebut. Ketiga, pengawasan yang terbukti kedodoran. Apalagi usai pemerintahan Nikaragua menyingkap bantuan senjata AS ke gerilyawan Contra.

Sejumlah peneliti skandal ini berpendapat, bahwa skandal itu bukan yang terakhir. Bisa juga terjadi pada masa mendatang. Intelektual Robert Busby dengan cermat mengkategorikan historiografi Iran-Contra terbagi menjadi dua kubu. Pertama, para "penganut penyimpangan" yang percaya, bahwa penyebab skandal adalah ''Orang-orang yang bersemangat''. Mereka ini sesungguhnya oknum-oknum yang tidak baik yang memanfaatkan sistem pemerintahan. Itulah kesimpulan, antara lain, dari laporan mayoritas kongres pada 1987. Skandal  Iran-Contra dinyatakan dalam laporan itu sebagai kegagalan individu untuk mematuhi hukum. Bukan dikarenakan kelemahan atau kurangan dalam hukum yang berlaku atau dalam sistem pemerintahan.

Kedua, para pengikut ''legalistik''. Mereka ini menyalahkan sistem itu sendiri karena mendorong orang baik untuk berperilaku buruk—atau orang jahat menjadi lebih buruk. Kaum legalis ini menyerukan "reformasi kelembagaan yang meluas untuk mengendalikan penyalahgunaan kekuasaan oleh unit-unit pemerintah. Mereka menolak menyebut Iran-Contra sebagai penyimpangan yang dilakukan oleh gerombolan perusak.

Akhirulkalam, pelajaran terpenting dari skandal Iran-Contra tentu bukan cuma berlaku di AS. Itu bisa menjadi pelajaran untuk negara manapun. Sebab, dari skandal itu terungkap bahwa niat membangun pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dan bermanfaat untuk rakyat sesungguhnya merupakan niat baik yang akan selalu menghadapi pikiran transaksional. Tentu ini mengkhawatirkan.@

Penulis adalah akademisi dan periset

ikuti terus update berita rmoljatim di google news