Wajar jika ada kecurigaan publik atas kepentingan tertentu yang bermain di balik pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang tembus 1,2 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 18,24 triliun (asumsi kurs Rp 15.200).
- Periksa Dirut PT KCIC, KPK Buka Kemungkinan Dalami Kasus Dugaan Suap Proyek Kereta Cepat
- Omongan SBY Benar, Proyek Kereta Cepat Akhirnya Banyak Masalah
- APBN jadi Jaminan Proyek Kereta Cepat Bukan Solusi
Semula, proyek ini hanya menelan uang negara Rp 76,95 triliun. Namun, kini menjadi Rp 110 triliun.
Menanggapi hal itu, mantan Menteri Keuangan RI Fuad Bawazier mengatakan, dia sejak awal memang tidak setuju dengan proyek KCJB. Bahkan, ketidaksetujuan itu sudah disampaikan jauh sejak sebelum gaduh pembengkakan biaya.
“Bahkan sebelum diputuskan dan sebelum dimulainya pembangunan ini, agar proyek cacat ini dibatalkan saja. Tapi, pemerintah ngotot untuk membangun proyek bodoh ini,” kata Fuad melansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (19/2).
Dengan sikap ngotot pemerintah melanjutkan KCJB, Fuad menengarai ada kepentingan atau agenda tertentu dari proyek tersebut.
“Sepertinya ada agenda lain di balik semua ini,” cetusnya.
Proyek kereta cepat ini, lanjut Fuad, meski tidak seperti kereta api pada umumnya, namun pembangunan kereta cepat tersebut kurang bermanfaat bagi.
Minimnya manfaat itu, kata Fuad lagi, KCJB berada tidak di jalur utama lalu lintas orang. Terutama, lokasi stasiun yang cukup jauh.
“Makanya, biar sudah setengah jadi, saya tetap minta projek ini dihentikan, alias cut loss. Daripada rugi berkepanjangan terus-menerus, dan mengganggu KA yang sudah berjalan normal,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Segera Dilanjutkan, Luhut: Sudah Deal dengan China
- Catat! Ini Cara Pesan dan Jadwal Keberangkatan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
- Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Wali Kota Eri: Sudah Masuk Blue Print Perencanaan Kemenhub