Kampanye hitam atau black campaign dinilai masih sangat rentan terjadi saat gelaran politik seperti pemilu serentak yang akan digelar bangsa Indonesia pada 2024 mendatang.
- DKPP Periksa Bawaslu Jatim dan Bawaslu Surabaya Atas Dugaan Laporan Caleg
- KPU Tetapkan 10 Parpol Peserta Pemilu 2024 Tak Lolos Parlemen
- Ormas-ormas Di Kota Probolinggo Siap Dukung Amin Ina Dalam Pilwali 2024
Kampanye hitam makin mengkhawatirkan tatkala masyarakat saat ini sudah akrab dan bergantung pada teknologi digital.
“Apalagi saat ini teknologi semakin canggih dan marak, upaya memalsukan sebuah teks, gambar dan lainnya sangat rentan terjadi,” kata pengamat politik Universitas Malikulsaleh, Teuku Kemal Fasya dikutip dari Kantor Berita RMOLAceh Sabtu (6/8).
Menurut Kemal, kecanggihan teknologi yang bisa merombak serta memalsukan informasi sangat mudah dilakukan. Sehingga banyak informasi-informasi yang menyesatkan.
“Bahkan ada cenderung adu domba yang dikembangkan melalui media sosial," sebut Kemal.
Di sisi lain, Kemal menilai kesadaran masyarakat terhadap literasi belum cukup baik. Informasi ini pun ditelan mentah-mentah oleh publik, tanpa ada tabayyun.
Oleh karenanya, ia berharap masyarakat mampu meningkatkan literasi digital dan tidak apatis terhadap isu-isu politik.
“Ada berita yang sudah di-framing memiliki kepentingan sifat buruk. Ini menjadi tantangan demokrasi semakin komplet," tandasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kondisi Ekonomi yang Tidak Menentu dan Biaya Wisuda: Beban Tambahan bagi Masyarakat Menjelang Lebaran
- Sumardi Dorong OPD Pemprov Jatim Maksimalkan Pelayanan Meski Ada Efisiensi Anggaran
- Revitalisasi Pasar Kembang Tahap Pertama Segera Dimulai, PD Pasar Surya Bangun TPS untuk Pedagang