Pemkab Lamongan Dukung Revitalisasi Prahu Ijon ijon Diresmikan Kemendikbudristek

foto/RMOLJatim
foto/RMOLJatim

Pemkab Lamongan memberikan dukungan akan adanya revitalisasi pelestarian perahu Ijon-Ijon. Pelestarian dengan menggabungkan nilai budaya leluhur yang disandingkan bersama kecanggihan teknologi tersebut dilaksanakan secara terintegerasi antara Pemkab Lamongan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), dan SMK 3 Buduran melalui program matching fund penguatan budaya perkapalan tradisional.


Melalui program dari bidang pendidikan itu mengahasilkan 2 buah kapal diantaranya ialah kapal Putra Sunan Drajat (12,2 m × 2 × 4 m) dengan kecepatan 14 knot yang merupakan hasil karya dari mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dan kapal Putri Mayang Madu (12,85 m × 4 m × 1,65 m) dengan kecepatan 9 knot yang merupakan hasil karya dari siswa SMK Negeri 3 Buduran.
Dua  awak kapal tradisional yang dilengkapi peralatan modern tersebut diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Lamongan supaya dipergunakan masyarakat dalam menjalankan aktivitas, terutama bagi para nelayan.

Kemudian, Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Benny Bandanadjaja  telah meresmikan dua kapal di Pelabuhan ASDP Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Senin(13/3) siang.

Dua kapal berjenis pencalang dan perahu Ijon-ijon tersebut merupakan hasil karya siswa SMK Negeri Buduran Sidoarjo, SMK Sunan Drajat dan Politeknik Perkapal Negeri Surabaya.

Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Benny Bandanadjaja mengatakan, dua kapal kayu hasil karya tangan putra Indonesia tersebut dikerjakan dalam kurun waktu 6 bulan dan dibuat di galangan kapal Desa Kandangsemangkon yang merupakan cikal bakal lahirnya perahu ijon-ijon. Pembuatan kapal juga melibatkan masyarakat lokal.

"Hari ini kami meresmikan dua kapal yang diberi nama kapal Putra Sunan Drajat dan Putri Mayang Madu kapal ini merupakan hasil karya siswa SMK dan mahasiswa perkapalan Surabaya," kata Benny.dikutip Kantor Berita RMOLjatim.

Benny menjelaskan, dua kapal tersebut dibuat dengan menggunakan biaya kurang lebih Rp3 miliar dengan bahan baku kayu yang sudah sangat tua dan didatangkan langsung dari Pulau Bawean Gresik. Saat ini pembuatan perahu kayu sudah mulai ditinggalkan masyarakat dengan alasan mahalnya biaya serta sulitnya mencari bahan.

"Untuk itu kementerian terus mendorong supaya kapal ini tetap lestari. Dan untuk saat ini memang pembuat kapal kayu seperti ini mulai ditinggalkan karena tadi disamping biayanya mahal bahan perahu juga sulit didapat," terangnya.

Sementara itu Wakil Bupati Lamongan KH Abdul Rouf mengatakan, perahu ijon-ijon ini dibuat tujuannya untuk melestarikan kebudayaan masyarakat lokal sehingga generasi berikutnya masih bisa mengetahui sejarah dari perahu itu sendiri. Menurut Abdul Rouf, perahu ijon-ijon sendiri merupakan perahu yang memiliki tingkat kebaharian yang hebat pada masanya dan terlahir di Desa Kandangsemangkon.

Pemerintah Lamongan juga akan mendorong supaya kapal ini terus dilestarikan dan menjadi perahu yang kebanggaan masyarakat Lamongan.

"Perahu ijon-ijon ini sudah ada sejak satu abad yang lalu dan kapal ini dulunya sangat terkenal. Untuk pemerintah terus berupaya mendorong supaya perahu ini tetap dilestarikan," tutupnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news