Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menerapkan dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, mengenai teknik kualitas pengasuhan, penguatan karakter, kapasitas pengasuhan, hingga penguatan lingkungan keluarga terhadap anak.
- Massa Antikorupsi Desak Penuntasan Dugaan Korupsi KONI Blitar dan Pembangunan Hotel yang Cacat Hukum
- Eri Cahyadi Ingin Abdi Yasa Teladan Surabaya Jadi Contoh Masyarakat Dalam Berkendara
- Hari Pertama Ngantor, Bupati Fawait Terima Tamu Tim Saber Pungli
Akan tetapi, dengan adanya gerakan Ramadan Ramah Anak yang diinisiasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Kemen PPPA RI) justru akan lebih dimaksimalkan lagi ke depannya.
“Sebetulnya itu juga sudah dilakukan melalui Dinas Pendidikan (Dispendik), seperti pengenalan nilai-nilai agama melalui pondok ramadan di sekolah. Nah, ini konsepnya Kementerian PPPA kan juga begitu, istilahnya seperti pesantren kilat, dan itu sudah dilakukan oleh sekolah,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya, Ida Widayati dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (8/3).
Adanya Ramadan Ramah Anak, Ida menyebutkan, justru akan memberikan dampak baik bagi hubungan antara orang tua dan anak.
Karena, di kesempatan ini Kemen PPPA mengimbau kepada para orang tua agar tidak menggunakan gawai selama sejam di bulan ramadan.
“Nah, ini kan untuk mengakrabkan, menguatkan komunikasi antara orang tua dengan anak. Nah, itu sebenarnya juga sudah kita lakukan, bagaimana mengedukasi anak-anak itu melalui kegiatan lainnya, selain itu juga mengedukasi orang tua pada Puspaga Goes to Community itu sudah kami lakukan,” sebutnya.
Maka dari itu, lanjut Ida, Ramadan Ramah Anak justru akan menguatkan program-program yang sudah dijalankan oleh Pemkot Surabaya.
Maka dari itu, ia akan mensosialisasikan Ramadan Ramah Anak ke masyarakat untuk memaksimalkan waktu antara orang tua dan anak, baik saat menjelang atau setelah berbuka puasa.
“Mungkin anak-anak mau menceritakan hal-hal yang dialami pada saat tidak bertemu dengan orang tua di sekolah, nah itu lah yang harus dikuatkan. Karena ini penting banget, kalau anak hanya diberi gawai tapi tidak perhatian orang tua, maka akan mempengaruhi psikologis anak ke depannya,” lanjutnya.
Menurut Ida, dalam meningkatkan pola asuh terhadap anak, tidak hanya mengandalkan peran seorang ibu, akan tetapi juga perlu adanya peran seorang bapak.
Maka dari itu, ia berharap, kepada para orang tua agar menguatkan komunikasi dan meningkatkan perhatian secara fisik terhadap anak.
“Karena banyak kasus yang sering terjadi adalah anak kehilangan sosok ayah, dan kehilangan sosok ibu. Mereka mencari perhatian ke luar (rumah), akhirnya mendapatkan perhatian dengan cara yang salah, nah itu salah satu contoh, bahwa komunikasi terhadap orang tua dan anak yang tidak baik,” terangnya.
Ida berharap, adanya Ramadan Ramah Anak, orang tua bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya.
Bukan sekadar menjadi sahabat, menurutnya anak-anak juga akan merasa nyaman ketika diajak berkomunikasi dengan orang tua.
“Jadi biar orang tua itu bisa menjadi sahabatnya, bisa menjadi orang tuanya, dan anak nyaman untuk berkomunikasi dengan orang tuanya,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pemkot Surabaya Jalin Kerjasama dengan Blitar untuk Tekan Inflasi dan Jaga Pasokan Pangan
- Viral Video Pria Berseragam Satgas Diduga Mencuri, Pemkot Surabaya Pastikan Bukan Petugasnya
- Tindak Cepat, Pemkot Surabaya Selamatkan Ijazah Karyawan yang Ditahan Perusahaan