Wakil Presiden Maruf Amin sempat melontarkan cita-citanya terkait eksistensi Islam Indonesia di dunia. Dia menyatakan bahwa peradaban Islam nusantara layak menjadi rujukan kajian peradaban islam global.
- Usai Ditetapkan Jadi Cabup, Gus Ali Makki Analogikan Pilkada Banyuwangi Ibarat Pertandingan Sepakbola
- Puan Maharani: Kami Optimis, Ganjar-Mahfud Menang Lebih Dari 60 Persen Di Jatim
- Pengurus PPP Bondowoso Diduga Jadi Makelar Mutasi Jabatan, Begini Tanggapan Sekjen
Pernyataan itu disampaikan Maruf Amin saat menjalani peran sebagai Wapres di bulan pertama masa kerjanya, dalam acara Expert Meeting Indonesia International Islamic University (UIII) pada 26 November 2019 silam.
Namun, selama 100 hari lebih masa kerjanya, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini belum menunjukan inisiatif untuk merealisasikan itikad baik tersebut.
Hal inilah yang kemudian dipertanyakan oleh analis politik dari Saiful Mujani Reserch and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas.
"Kiai Maruf semestinya dengan posisinya sekarang (Wapres) mulai menunjukan inisiatif-inisiatif strategisnya di sektor itu," ucap Sirojudin Abbas, Selasa (4/1), dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.
Selama tiga bulan pertama kemarin, Sirojudin Abbas mengaku tidak melihat secara spesifik upaya Maruf Amin memperkenalkan dunia Islam Indonesia di kancah global. Padahal secara atribusi, dia tengah menempati posisi strategis sebagai orang nomor dua di Indonesia.
Tapi kenyataannya, mantan Rais Aam PBNU itu masih belum secara riil berperan sebagai motor pengembangan Islam di Indonesia.
"Kiai Maruf kelihatannya masih gamang bergaul dengan dunia Islam internasional. Kelihatan betul Kiai Maruf masih berorientasi ke dalam, masih jago kandang," ujar Sirojudin Abbas.
"Beliau belum terlihat berani misalnya menyampaikaan ide-denya di forum dunia Islam yang lebih luas, misalnya di OKI (Organisasi Kerjasama Islam)," sambungnya.
Disamping itu, ekspektasi masyarakat terhadap Maruf Amin juga sangat tinggi untuk memperkuat keislaman di nusantara. Mengingat, persoalan radikalisme agama tengah menjadi problem pelik yang dihadapi pemerintahan selama kurun waktu 4-5 tahun terakhir.
Oleh karena itu, Sirojudin Abbas berpandangan bahwa sosok tokoh senior NU itu mesti menguatkan Islam Indonesia moderat di dalam negeri, sebelum mempromosikan Islam nusantara.
"Bagaiamana memeperkuat keislamanan dengan ke indonesiaan. Menurunkan sikap beragama yang radikal, intoleran, dan memastikan organisasi-organisasi Islam itu memperkuat kebhinekaan," tambah Direktur Program SMRC ini.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- PDIP dan Ganjar Diyakini Jadi Musuh Bersama
- Dukung Penuh 2022 Jadi Tahun Penempatan PMI, Airlangga Gelontorkan Bantuan
- Pemuda Muhammadiyah Bentuk Satgas Nusantara Bantu Monitoring Sektor Tambang