Ancaman pembunuhan terhadap warga Muhammadiyah oleh peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang Hasanuddin alias AP Hasanuddin, membuktikan BRIN hanya sarana bagi-bagi porsi politik yang membuat lembaga itu kehilangan arah dan tujuan.
- Jaksa KPK Ungkap Foto Harun Masiku dengan Megawati dan Hatta Ali di Persidangan Hasto
- Pulang Kampung Usai Kontrak di Korea, Megawati Hangestri Disambut Hangat Bupati Jember
- PDIP Belum Pasti Gabung Pemerintahan Prabowo, Analis Nilai Pertemuan dengan Megawati Tak Menjamin Koalisi Bertambah
Pakar Komunikasi politik dan hukum, Tamil Selvan, mengatakan, sejak awal dirinya menilai BRIN hanya sarana bagi-bagi porsi politik. Karena, sebagai pusat riset, BRIN seharusnya diisi para akademisi yang teruji di bidangnya.
"Namun kita lihat apa yang dihasilkan BRIN saat ini, tidak ada yang fundamental, karena diisi orang-orang yang tidak kompeten," kata Tamil, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (25/4).
Persoalan ancaman pembunuhan terhadap warga Muhammadiyah itu, menurut dosen Universitas Dian Nusantara, itu memvalidasi hipotesanya, bahwa BRIN hanya sarana bagi-bagi porsi politik.
Untuk itu Tamil berharap dapat dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap BRIN.
"Kita tahu, ketua dewan pembinanya Bu Mega (Megawati Soekarnoputri) yang politisi murni, tapi mohon maaf, Ibu Mega ini bukan akademisi, ini semakin membuat BRIN kehilangan arah dan tujuan," pungkas Tamil.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jaksa KPK Ungkap Foto Harun Masiku dengan Megawati dan Hatta Ali di Persidangan Hasto
- Pulang Kampung Usai Kontrak di Korea, Megawati Hangestri Disambut Hangat Bupati Jember
- PDIP Belum Pasti Gabung Pemerintahan Prabowo, Analis Nilai Pertemuan dengan Megawati Tak Menjamin Koalisi Bertambah