Nur Fadilah, seorang guru seni dan praktisi seni, menginspirasi dengan dedikasi dan semangatnya dalam menggabungkan kedua passion-nya. Perjalanan Dila sapaan akrabnya, di dunia seni dimulai dari kecintaan pada seni kaligrafi yang ia temukan saat mondok di salah satu pesantren di Jombang.
- Rekrutmen Polri Dari Hafidz Di Apresiasi Ulama Jombang
- SMPN 1 Jogorogo Sabet Penghargaan Adiwiyata Nasional Tahun 2024
- Wali Kota Kediri Sidak Kesiapan Sekolah Jelang PTM
"Pertama kali mengenal seni bukan seni lukisnya dulu, tapi pada seni kaligrafi waktu belajar di Pondok Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang," ujarnya saat ditemui di kediamannya Jalan Raya Ki Lemah Duwur 49 Bangkalan, Kamis (26/09/2024).
Dia menceritakan dari sejak belajar kaligrafi itu, ia mulai menyadari bakatnya sendiri. Prestasinya dalam seni kaligrafi membuatnya berhasil masuk ke Universitas Negeri Malang (UNM) pada 2006 melalui jalur prestasi dan belajar seni lukis, patung, dan berbagai disiplin seni lainnya.
Meskipun awalnya tidak terbersit keinginan untuk menjadi guru, istri dari Nurul Arifin ini akhirnya memilih profesi tersebut karena latar belakang pendidikan seni rupanya.
Dia menyadari bahwa guru seni masih sangat dibutuhkan, sehingga dia memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut. Dila dan suaminya sama-sama berprofesi guru.
"Awalnya gak kepikiran jadi guru ya. Tapi kebetulan jurusanku pendidikan seni rupa. Jadi bisa berprofesi jadi guru, dan ternyata lapangan pekerjaan utk guru seni masih sangat dibutuhkan," tuturnya.
Menjadi seniman dan pendidik bukanlah tugas yang mudah. Ibu dari empat anak (Farah, Elsa dan si kembar Rafa rafi), mengakui bahwa tantangan terbesarnya adalah mengatur waktu untuk tiga peran sekaligus, guru, pelaku seni, dan ibu rumah tangga. Ia mendedikasikan waktu siang untuk mengajar dan keluarga, sementara malam hari ia gunakan untuk berkarya seni.
"Dari mondok sampai kuliah emang bener-bener totalitas dalam berkarya dan mengikuti lomba seni lukis kaligrafi," ungkapnya.
Dalam setiap lomba seni yang diikuti selalu berhasil juara. Bahkan di tingkat nasional pada ajang MTQ Nasional tahun 2022. Berbekal pengalaman sering berkarya dan dapat prestasi, dirinya diterima sebagai ASN jadi pengajar di MTsN Bangkalan.
Dalam berkarya, dia memiliki proses kreatif yang unik. Dia biasanya membutuhkan waktu lama untuk mencari ide, kemudian mencari referensi sebelum mulai berkarya. Karya-karyanya yang sebagian besar bertema realis dekoratif, terinspirasi dari pengalamannya dalam seni kaligrafi dekorasi.
Dila mengagumi para gurunya, seperti Ustadz Atho' dari Jombang, Ustadz Bambang dari Malang, dan Ustad Anwar dari Lumajang, yang telah banyak mengajarkannya tentang seni rupa, khususnya kaligrafi.
"Biasanya cari ide itu yang lama, kalau sudah ada idenya tinggal cari referensi tentang ide tersebut baru berkarya. Kalau berkaryanya paling antara seminggu sampai dua minggu saja udah jadi," jelasnya.
Sebagai guru seni, dia mengintegrasikan seni ke dalam pembelajaran di kelas. Dia memahami bahwa murid-murid seringkali takut salah dan gagal, sehingga dia merasa perlu memotivasi para muridnya untuk terus mencoba dan bereksperimen. Baginya, proses belajar lebih penting daripada hasil yang sempurna.
Ia terus mendorong anak didiknya untuk tak ragu mencoba walaupun belum mendapatkan hasil yang sempurna. Ia meyakinkan, bahwa apa pun hasilnya lebih baik daripada tidak mengerjakan.
"Aslinya yang ditakutkan siswa itu, takut salah dan gagal. Padahal mereka itu masih belajar, wajarlah mereka ada yang kurang bagus dan tidak sebagus apa yang mereka bayangkan," ungkap Dila.
Pelukis perempuan sekaligus guru seni ini telah aktif mengikuti berbagai pameran seni, baik di tingkat lokal maupun internasional.
Dia telah mengikuti tiga pameran, pertama pameran khat di Yogyakarta, pameran nasional di Bangkalan, dan pameran internasional di Samarinda, Kalimantan pada September 2024. Karyanya, yang dikenal dengan ciri khas realis dekoratif, telah mendapat apresiasi tinggi dari para kolektor.
"Saya baru intens ikut pameran ya tahun ini 2024. Sudah tiga kali ikut pameran," ungkap Dila.
Selain itu, guru MTsN ini telah meraih berbagai penghargaan atas karya kaligrafinya, termasuk enam kali juara kaligrafi golongan dekorasi putri tingkat MTQ Jawa Timur (2007-2019), juara terbaik 3 kaligrafi golongan dekorasi putri tingkat MTQ nasional (2014), juara terbaik 1 kaligrafi golongan dekorasi putri tingkat MTQ KORPRI Nasional (2022), dan juara terbaik 1 kaligrafi digital putri tingkat MTQ Korpri Jatim (2023).
Dia melihat pengaruh positif seni dalam kehidupan siswa-siswanya. Menurutnya bahwa seni telah membantu mereka menjadi lebih terampil, percaya diri, dan termotivasi untuk mengeksplorasi bakat dan minat mereka.
Dila juga mengungkapkan momen-momen ketika melihat siswa-siswinya terinspirasi oleh seni, seperti ketika mereka mengikuti lomba seni lukis dan berhasil menang, atau ketika mereka berhasil masuk kuliah di jurusan seni.
"Yang jelas mereka lebih terampil dalam berkesenian, lebih percaya diri dan jadi termotivasi untuk fokus pada bakat dan minatnya," ujar Nur Fadilah.
Fadilah menyampaikan pendapatnya tentang pentingnya peran seni dan pendidikan dalam membentuk masyarakat. Menurutnya, seni adalah penyedap kehidupan, yang dapat membuat kehidupan lebih bermakna. Dirinya berharap di masa depan, seni akan lebih dihargai dan profesi seniman akan lebih dihormati.
"Sadar atau pun tidak. Seni sudah melekat pada kehidupan masyarakat kita," tukasnya.
Dia kemudian mencontohkan, di setiap pelajaran juga ada seninya. Di jalan raya dengan penataan tata kota dan taman juga merupakan seni. Menurut Dila, setiap orang berpakaian juga tak luput dari sentuhan, bisa memadukan warna, ukuran dan aksen.
Dia mengimpikan bisa menginspirasi orang lain dengan menunjukkan prestasi dan aktif berkarya. Dia berharap apa yang dilakukan dan perjuangkan dapat menginspirasi orang lain untuk mengejar mimpi dan passion mereka.
"Cukup dengan menunjukkan prestasi dan aktif berkarya, biarlah mereka bisa menilai sendiri tentang saya. Semoga apa yang saya lakukan dan perjuangkan bisa menginspirasi mereka juga," ucapnya.
Dia punya impian membuka kursus Seni kaligrafi, tapi karena anak-anaknya masih kecil. Dia harus rela menunda rencananya, karena harus masih fokus pada anak-anaknya.
Nur Fadilah adalah contoh nyata bahwa seni dan pendidikan dapat saling melengkapi dan saling mendukung.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Sewakan Kamar Mesum di Bulan Puasa, Ibu Rumah Tangga di Magetan Ditangkap Polisi
- Sebelum Ibu Rumah Tangga Berteriak, Pemerintah harus Tangani Kelangkaan Beras
- Berdayakan Ibu Rumah Tangga untuk Olah Produk UMKM, Kowarteg Indonesia Gelar Pelatihan Pembuatan Kue