Jamasan pusaka merupakan warisan budaya dari para leluhur yang harus dilestarikan keberadaanya tanpa mengenal waktu. Seperti yang terlihat di Pendopo Wedya Graha acara sakral tahunan berupa jamasan pusaka digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi untuk memperingati hari jadinya ke-662.
- Pasca Viral Pakaian Dinas Ratusan Juta DPRD Bondowoso, Kini Anggota Dewan Bocorkan Baju Mahal Bupati dan Wabup
- BPBD Jember Minta Nelayan Mewaspadai Gelombang Tinggi Akibat Cuaca Ekstrim
- Revitalisasi Pasar Tradisional, Pemkot Surabaya Gandeng Perguruan Tinggi Jadi Tenaga Ahli
Perlu dicatat untuk jamasan pusaka kali ini momen terakhir bagi Bupati Ngawi Budi Sulistyono/Kanang sebelum mengakhiri masa baktinya selama 2 periode pada Februari 2021 mendatang. Sekilas ia berpesan, siapapun pemimpinya harus melestarikan warisan budaya yang sudah turun temurun seperti jamasan pusaka yang digelar saat ini.
"Siapapun itu pemimpinya nanti jangan sampai lupa akan sejarah daerahnya termasuk jamasan pusaka milik kabupaten ini. Pusaka yang dimiliki Kabupaten Ngawi sangat sakral erat kaitannya dengan awal berdirinya sejak ratusan tahun yang lalu," ucap Kanang, Senin, (6/7).
Seperti diketahui, ritual budaya jamasan pusaka meliputi dua buah tombak antara lain Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit serta dua payung yakni Tunggul Wulung dan Tunggul Warono. Jamasan pusaka dilakukan oleh para sesepuh dipimpin langsung Subandi.
Dan terlihat satu persatu pusaka yang cukup memiliki filosofi ini disiram dengan beberapa rupa kembang dan sesaji lainya dengan diikuti dengan kalimat mantra. Sebelumnya pusaka diboyong dari plangkanya yang ada didalam Pendopo Wedya Graha.
Suasana di Pendopo Wedya Graha makin bertambah sakral ketika lantunan gending pakurmatan tengah mengiringi jamasan pusaka khususnya Ketawang Ngawiyat dan Gending Boyong Basuki yang ditabuh oleh para pengrawit. Seusai jamasan, ke empat pusaka diboyong ke Ngawi Purba yang tidak lain awal mula pusat pemerintahan Kabupaten Ngawi era Kerajaaan Mataram.
“Ritual jamasan pusaka tidak bisa dilepaskan dengan sejarah awal berdirinya Kabupaten Ngawi, dengan demikian ritual seperti yang kita lakukan sekarang ini keberadaanya harus dilestarikan supaya generasi penerus nantinya akan tahu makna yang terkandung didalamnya," pungkas Kanang.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kunjungi Penerima Manfaat Dandan Omah, Wali Kota Eri Ingin Tahu Keadaan Warga
- Timbulkan Polusi dan Belum Berijin, Pabrik Porang di Madiun Ditutup
- Wali Kota Eri Minta Peningkatan Kenyamanan Ruangan di RSUD BDH