Pilkada Banyuwangi 2024, Ipuk-Muji Janji Menomorsatukan Rakyat Banyuwangi

Paslon nomor urut 1 Ipuk-Muji saat konferensi pers/RMOLJatim
Paslon nomor urut 1 Ipuk-Muji saat konferensi pers/RMOLJatim

Pasangan calon petahana pada Pilkada Banyuwangi 2024, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas menggandeng Mujiono. Pasangan ini kemudian dijuluki Ipuk-Muji untuk melawan rivalnya, Paslon Ali-Ali.


Ipuk-Muji mengaku bersyukur mendapatkan nomor urut 1 dalam kontestasi pemilihan bupati dan wakil bupati di tahun ini.

Nomor urut 1, kata dia, diartikan memiliki makna yang mendalam, "Satu berarti bersatu, bersama, dan menomorsatukan masyarakat," kata dia kepada wartawan, dikutip Selasa (24/9/2024).

Nomor satu, lanjutnya, dapat menjadi motivasi tambahan dalam bekerja nantinya. Beberapa program juga telah disiapkan, mencakup sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, serta pesantren, pertanian hingga UMKM.

"Kita harus bersatu, guyub, rukun demi kemajuan bersama. Semua program kami rancang untuk menyatukan dan menomorsatukan masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, paslon Ali-Ali telah menyiapkan sejumlah program, salah satunya bagi nelayan yang selama ini cenderung terpinggirkan.

Dalam beberapa kasus, sejumlah kecelakaan di laut berkaitan dengan mesin kapal yang kurang memadai. Sehingga, memicu terjadinya kecelakaan yang setiap tahun kerap terjadi.

"Selama untuk kepentingan umat, kebaikan masyarakat dan berkaitan dengan jihad mencari nafkah, kami bersama Gus Makki siap. Tinggal bagaimana nanti teknis penganggarannya," terang Ali.

Cabup Ali Makki Zaini alias Gus Ali Makki menambahkan, merasa miris mendengar jeritan para nelayan.

"Saya punya teman nelayan pantai Kedunen itu namanya Mas Eglek. Dia cerita dalam 30 hari mencari ikan dengan cara memancing itu hanya 20 hari beraktivitas. Sedangkan 10 harinya nganggur," kata Gus Makki.

Apalagi, lanjut Gus Makki, kondisi mesin kapal mereka berukuran kecil, 5,5 PK. Hal itu cukup menyulitkan bagi para nelayan mencapai laut di sebelah timur Sembulungan.

Untuk itu, Paslon Ali-Ali berkomitmen untuk membuat skema subsidi untuk mengganti ukuran mesin kapal menjadi 12 PK dan berbahan bakar solar.

"Saya punya teman nelayan Pantai Kedunen, namanya Mas Eglek. Dia cerita dalam 30 hari mencari ikan dengan cara memancing itu hanya 20 hari beraktivitas. Sedangkan 10 harinya nganggur," ucap Gus Makki.

"Kalau 10 hari tidak melaut apa yang mereka lakukan, jawabannya kalau ada piring bisa dijual ya dijual kalau ada gelas laku dijual ya dijual. Itu fakta, hanya gara-gara ukuran mesin kapal (PK) yang kecil mereka tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya," imbuhnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news