Polarisasi masyarakat yang memunculkan kubu "cebong" dan "kadrun" di masa Pemilu 2019 silam harus menjadi pelajaran bagi semua pihak dalam menyongsong Pemilu 2024.
- Antisipasi Dijegal Kompetitor, Parpol Pengusung Anies Baswedan Harus Segera Deklarasikan Koalisi
- Ancaman Blokir WhatsApp Cs Diminta Jangan Sekadar Gertak Sambal!
- Dugaan Korupsi, Suharso Monoarfa Dilaporkan ke KPK
Pendiri Pridem Institute, Priyo Budi Santoso menegaskan, Bangsa Indonesia memiliki PR besar dalam menghadapi potensi perpecahan bangsa dan gesekan sosial.
Adanya fenomena cebong vs kadrun menjadi pelatuk yang mempertajam polarisasi masyarakat. Pertengkaran yang terus dipelihara adalah diskursus yang tidak mencerdaskan, bahkan makin menambah luka sosial yang destruktif.
"Ini harus segera disudahi, segera tutup buku dan tamat riwayat sebelum memasuki tahun politik 2024. Kesengajaan melanggengkan buzzer, cebong, kadrun sama saja membiarkan api dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa membakar tatanan sosial bangsa,” kata Priyo dalam keterangannya, Senin (1/8).
Ia lantas menyinggung orasi tokoh nasional Surya Paloh saat menerima gelar kehormatan Doktor (HC) di Universitas Brawijaya Malang beberapa waktu lalu.
Surya Paloh, kata dia, sedang membangunkan pikiran berpolitik yang selama ini tertidur dari iklim politik yang abai terhadap bahaya perpecahan.
“Saya menyampaikan salut dan hormat atas pidato orasi Abangda Surya Paloh yang hebat dan inspiratif tentang warning bahayanya perpecahan bangsa,” tegasnya.
Politik identitas pada hakikatnya lumrah terjadi dalam politik dan demokrasi. Identitas merupakan trademark dan ciri khas perjuangan suatu kelompok politik. Berdasarkan sejarah, politik identitas di Indonesia justru membuat makin berwarna.
"Kuncinya ternyata para tokoh politik zaman itu berdinamika dalam tradisi dan koridor moralitas politik yang wisdom,” jelas Wakil Ketua DPR periode 2009-2014 ini.
Oleh karenanya, ia mengajak dan menunggu pikiran-pikiran dari para begawan dan tokoh-tokoh bangsa seperti Presiden Jokowi, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Try Sutrisno, dan para Ketua Umum partai politik ternama, seperti Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, AHY, Syaikhu, dan beberapa lainnya.
“Tokoh-tokoh tersebut nantinya menjadi penentu lahirnya blok koalisi partai politik dalam pencalonan presiden mendatang,” tandasnya dimuat Kantor Berita Politik RMOL.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Beda Prabowo-Jokowi, Satunya Tak Pakai Buzzer Satunya Gunakan Buzzer
- Analisis Drone Emprit Ungkap Dugaan Buzzer di Balik Dukungan terhadap Shin Tae-yong
- Peran Media Menangkal Disinformasi Jelang Pemilu 2024