Langkah serius Jaringan aktivis Pro Demokrasi (Prodem) dalam rangka menghentikan laju Presiden Joko Widodo di Pilpres 2019 dibuktikan dengan Gerakan Sejuta Kaos†.
- Doni Monardo Beri Mandat GA Covid-19 Sebagai Relawan Pos Corona
- Mata Najwa Beberkan Fakta, Luhut Sulit Membantah Jejak Bisnis Tambangnya di Papua
- Jokowi Biarkan Wacana Pemilu Ditunda Terus Bergulir, Pakar: Itu Mencederai Demokrasi!
Kaos bertanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden
Demikian disampaikan Ketua Majelis Jaringan Aktivis Prodem Syafti 'Ucok' Hidayat kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (10/4).
"Kita mempersiapkan ‘Gerakan Sejuta Kaos #2019GantiPresiden’ sebagai gerakan politik untuk menghentikan Jokowi menjadi presiden lagi," katanya.
Gerakan tersebut, kata Ucok sebagai bentuk kekecewaan aktivis Prodem yang sebelumnya mendukung Joko Widodo. Prodem sendiri telah melakukan tobat nasuha setelah Jokowi mengingkari janji-janji politik.
Bahkan Jokowi telah membuat kondisi ekonomi rakyat semakin terpuruk,†tukasnya.
Pada petengahan Maret lalu, para aktivis Prodem menjadikan Silang Monas depan Istana Negara sebagai lokasi tobat nasuha. Mereka berkumpul dan menyampaikan penyesalan mereka karena pernah mendukung Jokowi sebagai Presiden RI.
Mereka membawa sejumlah spanduk yang berisi kecaman pada pemerintahan Jokowi. Antara lain berbunyi, "Bersihkan NKRI dari Antek-antek Neolib", "Lindungi Buruh Indonesia, Stop Buruh Asing", juga "Hapus UU ITE, UU MD3, UU Ormas".
Spanduk lain bertuliskan "Tolak UU Produk Haram Demokrasi" dan "Trisakti dan Nawacita Omong Kosong".
"Tinggal satu tahun lagi. 2019 kita akan menyongsong presiden baru. Dari semua janji-janji Jokowi adalah janji-janji palsu," ujar Agus Lenon†Edy Santoso yang menjadi orator dalam aksi itu. [dzk]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Anies Baswedan: Polarisasi Sesuatu yang Wajar, Itu Seperti Kutub Utara dan Selatan
- Soal Koalisi, Demokrat Masih Fokus Jalin Silaturahmi dengan Semua Partai
- PKB PDKT ke NasDem, PKS dan Beberapa Parpol di Kota Probolinggo