Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan produk-produk asal Indonesia banyak yang terkena tarif super tinggi dari Amerika Serikat (AS). Bahkan ada yang mencapai 47 persen.
- Negoisasi Tarif Impor Trump, Sri Mulyani Temui Dubes AS
- Indonesia Tak Bisa Tiru China Melawan Tarif Trump, Ini Alasannya
- Kebijakan Tarif Impor Trump Lebih Dahsyat dari Krisis 1998
Sebelumnya tarif yang diberlakukan untuk Indonesia seperti tekstil, garmen, hingga alas kaki, berkisar antara 10 hingga 37 persen.
Namun dengan tambahan tarif 10 persen yang mulai diberlakukan sejak awal April 2025, total bea masuk menjadi 20 persen hingga 47 persen, tergantung jenis produknya.
"Sekarang untuk produk ekspor utama Indonesia seperti garmen, alas kaki, tekstil, furniture, dan udang itu menjadi produk Indonesia yang mendapatkan tarif bea masuk lebih tinggi dibandingkan beberapa negara pesaing, baik dari ASEAN maupun non-ASEAN negara Asia yang lain," kata Airlangga dalam konferensi pers secara daring di Jakarta sebagaimana dikutip RMOL, Sabtu 19 April 2025.
Saat ini, Airlangga bersama delegasi Indonesia sedang berada di AS untuk melakukan negosiasi terkait kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Trump terhadap beberapa negara, termasuk Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, Airlangga didampingi oleh Wakil Menteri keuangan Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu.
Airlangga mengakui penambahan tarif ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Indonesia, karena akan mengakibatkan biaya ekspor Indonesia ke AS menjadi lebih tinggi.
"Jadi ini juga menjadi concern bagi Indonesia, karena dengan tambahan 10 persen ini ekspor kita biayanya lebih tinggi. Karena tambahan biaya itu diminta oleh para pembeli agar di-sharing dengan Indonesia bukan pembelinya saja yang membayar pajak tersebut," jelas Airlangga.
Maka dari itu, saat ini Indonesia ingin berunding dengan AS agar tarif-tarif sebesar ini bisa diturunkan. Sebab banyak negara lain mendapatkan tarif lebih rendah dari itu. Indonesia ingin adanya keadilan dengan mendapatkan tarif yang sama atau bahkan lebih kecil.
Airlangga juga mengatakan bahwa dalam pertemuannya dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mereka telah sepakat untuk menyelesaikan negosiasi ini dalam waktu 60 hari ke depan.
Beberapa tawaran yang diajukan Indonesia untuk meredakan dampak tarif tersebut antara lain peningkatan pembelian energi dari AS LNG, sweet crude oil, impor produk agrikultur seperti gandum.
Lalu, fasilitasi investasi perusahaan-perusahaan AS di Indonesia, kerja sama di sektor mineral strategis dan rantai pasok, dan penguatan kolaborasi bidang pendidikan, teknologi, ekonomi digital hingga layanan keuangan.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Negoisasi Tarif Impor Trump, Sri Mulyani Temui Dubes AS
- Indonesia Tak Bisa Tiru China Melawan Tarif Trump, Ini Alasannya
- Kebijakan Tarif Impor Trump Lebih Dahsyat dari Krisis 1998