Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi yang terdepan menyerang mantan Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang juga politisi PDIP. Padahal dulu PSI tampak mati-matian membela Ahok.
- Turun ke Lamongan, Kaesang Pangarep Ajak Warga Pilih Abdul Ghofur dan Firosya Shalati
- Roy Suryo Minta KPK Tiru Pengusutan Mario Dandy Pada Kasus Kaesang
- Sejak Heboh Pesawat Jet Pribadi, Kini Netizen Ramai-ramai Mencari Keberadaan Kaesang
Di mana PSI menyesalkan sikap Ahok yang tidak mengambil kesempatan membenahi Pertamina saat menjabat komisaris utama di perusahaan pelat merah tersebut.
Partai besutan Kaesang Pangarep itu menyebut, sikap Ahok yang berkoar-koar setelah munculnya kasus dugaan BBM oplosan, menunjukkan dirinya abai dan tidak menjalankan kewajiban sebagai Komut Pertamina.
Sikap PSI terhadap Ahok ini disorot tajam oleh Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno. Sebab, sejak kemunculannya, PSI selalu membela Ahok mati-matian.
"Bisa kita bayangkan PSI belakangan ikut-ikutan menyerang Ahok, kita kan tahu PSI ini partai politik yang 'paling Ahok' sejak lama," kata Adi lewat kanal YouTube pribadinya dimuat RMOL, Jumat 7 Maret 2025.
Adi melanjutkan, selama Ahok menjadi Gubernur Jakarta, partai berlambang bunga mawar merah yang banyak diisi kader anak muda itu selalu pasang badan saat Ahok di-bully. Tetapi hari ini, PSI justru lantang mengkritik sosok yang dulu dibela mereka.
"Ahok kini seolah berjalan sendirian tanpa teman," ujar analis politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
Menurut analisis Adi, salah satu alasan yang melatarbelakangi perubahan sikap PSI hari ini adalah perbedaan kepentingan politik. Terlebih Ahok berasal dari PDIP yang pada Pilpres kemarin menelan kekalahan dan kini di luar kekuasaan.
"Itulah realita dalam politik kita, tidak ada teman dan lawan abadi," tandas Adi Prayitno.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ahok Dianggap Sedang Lempar Bola Panas ke Erick Thohir
- Soal BBM Oplosan, Ahok Jangan Cuci Tangan
- Anies-Ahok Berpeluang Masuk Kabinet, Mulyono Bisa Ngamuk