Punya DNA Pejuang, Para Santri Diajak Ikut Berjihad Melawan Korupsi

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron/net
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron/net

Seluruh santri yang ada di Pondok Pesantren di seluruh pelosok negeri sejatinya punya DNA pejuang. Sebab, santri kerap berada di lini depan saat berjuang melawan penjajah. Kini, DNA pejuang itu harus dilanjutkan dengan ikut berjihad melawan korupsi.


Hal itu merupakan pesan yang disampaikan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Nurul Ghufron, saat menjadi pembicara di Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri, Jawa Timur, Minggu (13/2).

Ghufron mengatakan, Pondok Pesantren merupakan tempat pendidikan yang luar biasa untuk menempa generasi penerus bangsa, terutama dalam pemberantasan korupsi.

"Pondok Pesantren itu merupakan lembaga pendidikan tertua yang ada di Indonesia. Jauh sebelum Indonesia merdeka, Pondok Pesantren sudah berdiri dan menyelenggarakan pendidikan," ujar Ghufron kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin pagi (14/2).

Di pondok pesantren, lanjut Ghufron, para santri diajarkan banyak nilai, terutama pendidikan akhlak, kemandirian, kerjasama, saling menghormati, keteladanan, persamaan derajat hingga cinta tanah air.

Sehingga menurut Ghufron, tidak heran jika pada saat peristiwa 10 November di Surabaya, santri terdepan dalam mempertahankan kemerdekaan.

"Karena mereka tahu bahwa saat itu yang mereka lawan adalah penjajah yang ingin merebut kemerdekaan bangsa ini," jelas Ghufron.

Sementara itu saat ini, tantangan yang menjauhkan bangsa Indonesia dari cita-cita kemerdekaan, yakni kemakmuran dan keadilan, adalah korupsi.

"Karena itu jihad zaman now adalah perang terhadap korupsi. Santri harus kembali terpanggil untuk turun dan berperang melawan korupsi," tegasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news