Memasuki masa panen musim tanam kedua tahun 2019, ratusan hektar tanaman padi di wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terancam puso atau gagal panen.
- Wali Kota Eri Ajak ISNU Kolaborasi Bareng Bangun Surabaya
- Peringati HKSN 2021, Ini Pesan Gubernur Jatim Khofifah
- Lantik Pembalap Mario Aji Jadi Duta Pramuka Jatim, Gubernur Khofifah: Jadi Energi Baru Hadapi Laga Moto3 GP Seri 6
"Yang jelas selama hampir sebulan terakhir tidak turun hujan. Padahal semua area tanaman padi di desa kami sifatnya tadah hujan jarang sekali mendapat pengairan dari saluran irigasi," terang Suparlan salah satu petani padi di Desa Tanjungsari pada Kantor Berita , Kamis (20/6).
Suparlan mengaku jika lahan pertanian padi miliknya seluas hampir 1 hektar sudah bisa dibilang gagal panen dan bukan lagi terancam.
Dengan alasan itulah dirinya tidak bisa mengembalikan lagi biaya produksi baik biaya tanam maupun biaya pengadaan pupuk serta lain-lainya.
Suparlan kini hanya bisa pasrah. Pasalnya, mengeluh pun juga percuma setelah permintaan untuk dibuatkan sumur dalam atau P2T ke pemerintah pusat maupun daerah selalu kandas di tengah jalan.
Terpisah Mujimin selaku Kepala Desa (Kades) Tanjungsari membenarkan ancaman puso terjadi di area tanaman padi di wilayah desanya. Dari catatan terakhir terdapat sekitar 100 hektar dari 250 hektar area tanaman padi di desanya telah gagal panen.
Secara blak-blakan ia mengatakan salah satu penyebabnya tidak lain mengecilnya debit air di saluran irigasi dari sumber mata air yang berada di kaki Gunung Lawu. Berkurangnya volume air, yakni pasca dialihkan ke sarana air minum yang dikelola pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam beberapa tahun terakhir.
"Salah satu faktor kalau bisa disebut hampir semua aliran air diarahkan ke pipa PDAM. Seharusnya harus dibagi dengan kebutuhan pertanian lewat embung atau bak-bak yang ada," jelas Mujimin.
Padahal setiap ada kesempatan maupun forum resmi seperti musrenbangdes masalah kekeringan selalu diangkat ke permukaan. Sayangnya, program pengadaan sumur dalam P2T yang diminta para petani hanya sebagai ilusi belaka tanpa berkesudahan atau solusi.
"Gimana lagi permintaan petani akan sumur dalam tidak digubris pemerintah. Kalau bisa dicari solusinya jangan sampai kondisi kayak gini terus terjadi," pungkas Mujimin.[pr/aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Gubernur Khofifah Minta ASN di Bakorwil Tingkatkan Kinerja, Jaga Soliditas dan Miliki Quick Response
- Sambut Hari Santri, Sekjen DPP Gerindra Kunjungi Ketua MUI Jatim
- Bupati Blitar: Pagelaran Wayang Bisa Tingkatkan Wawasan Sejarah Indonesia