Masyarakat Indonesia, terutama kaum perempuan harus menjadi agen perdamaian. Menghadapi tahun politik, masyarakat juga diajak untuk menerapkan demokrasi yang sehat.
- Festival Rujak Uleg Surabaya Masuk Daftar Kharisma Event Nusantara
- Asyiknya Ngabuburit di Kota Tua Babat
- Hari Pertama Diuji Coba, Sekitar 2000 Pengunjung KBS Manfaatkan Akhir Pekan
Begitu isi salah satu rekomendasi di bidang politik yang dihasilkan dalam Konferensi Besar (Konbes) Fatayat NU di Ambon, Maluku, Minggu (29/4).
Di tahun politik, semua hal bisa terjadi termasuk ancaman perpecahan. Maka perempuan sangat berpotensi untuk mampu meredam konflik dengan cara yang baik,†ujar Ketua Umum Fatayat Anggia Ermarini dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/4).
Baca: Fatayat NU Ajak Perempuan Jadi Agen Perdamaian
Secara khusus, Fatayat NU mengimbau perempuan Indonesia yang memiliki potensi untuk ikut berpartisipasi dalam kancah politik. Karena masalah ketertinggalan perempuan di ranah politik dan kebijakan publik masih minim.
Sehingga, jika perempuan potensial terjun di dalamnya maka resiko masalah anak dan perempuan di negeri ini bisa lebih diminimalisir,†katanya.
Dalam hal ekonomi, Fatayat NU mendorong berbagai pihak dan kementerian terkait untuk lebih memperhatikan peluang bagi perempuan. Aturan dan kebijakan yang di produksi seharusnya juga ramah perempuan. Termasuk peluang bisnis, pemerintah hatus membuka akses yang lebih mudah bagi perempuan.
Sementara dalam bidang advokasi dan hukum, Fatayat NU mengajak seluruh perempuan untuk lebih sensitif terhadap ancaman kekerasan seksual dan fisik. Tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga untuk anak-anak.
"Angka kekerasan terhadap ibu dan anak setiap tahun terus meningkat. Maka Fatayat NU mendorong pemerintah baik legislatif, eksekutif, kepolisian, dan seluruh pihak agar lebih serius dalam penanganan kasus ini," kata Anggia.
Fatayat juga mengajak seluruh organisasi perempuan untuk terus memperjuangkan masalah kawin anak. Indonesia masih menempati urutan kedua di Asia Tenggara dengan jumlah kawin usia anak terbesar.
Pada masalah kesehatan, Fatayat NU serius menangani kasus gizi dan tumbuh kembang anak. Sampai saat ini Fatayat NU masih aktif terlibat dalam upaya pencegahan stunting. Berbagai program dan kerjasama dilakukan agar dapat terus mengkampanyekan gerakan cegah stunting. Demi menjaga kualitas generasi penerus bangsa ini.
Di sisi lain, fenomena PTM (penyakit tidak menular) di Indonesia terus meningkat. Ini terjadi salah satunya karena rendahnya kesadaran masyarakat akan upaya pencegahan dini. Termasuk ancaman kanker serviks yang menjadi ancaman serius perempuan Indonesia. [dry]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Mengenal Kampung Ndresmo, Siapa Asayyid Ali Asghor?
- Begini Upaya Wali Kota Hendrar Priadi untuk Penguatan Daya Tarik Kota Semarang
- Wali Kota Mojokerto Audiensi dengan Menparekraf RI, Paparkan Rencana Pembangunan Taman Bahari Mojopahit