Laporan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ke Polrestabes terhadap penghinanya, Zikria Dzatil, dinilai tidak elok. Apa yang dilakukan Risma bisa membuat iklim politik tidak sehat.
- Kepala BP2MI akan Selidiki Kematian Tidak Wajar Empat Jenazah PMI dari Taiwan
- Regu Penyelam Kesulitan Cari Memori CVR Sriwiyaja Air
- Pohon Tumbang di Jember Makan 4 Korban Pengendara
Hal ini disampaikan praktisi hukum yang juga Ketua DPD Kongres Advokat Indonesia (KAI) Jawa Timur (Jatim), Abdul Malik, SH, MH.
“Akhirnya ini nanti bisa ditiru yang politisi yang lain.
Dikritik, diolok-olok, lapor secara pribadi atau lewat instansinya,” ucap Malik
dalam keterangannya yang diterima Kantor
Berita RMOLJatim, Rabu (5/2) malam.
Malik meminta Risma mencontoh kearifan kebanyakan politisi senior dalam
menyikapi haters. Misalnya Presiden
ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Kita ingat kan dulu SBY dikatain kebo. Ada kebo dibawa
demo dengan ditulisi SBY. Apa yang dilakukan SBY? Kan gak seperti ini?,"
ujarnya.
Jika tidak mencabut laporannya, Risma sendiri yang sebenarnya akan kena
dampaknya. Misalnya ketika kasus ini terus bergulir ke pengadilan.
“Risma sebagai pelapor pasti kan harus dihadirkan ke pengadilan. Apa gak eman waktunya? Apa gak dibuat kerja saja menyelesaikan persoalan-persoalan Surabaya?," tanya Malik menutup perbincangan.
Seperti diberitakan akun media sosial atas nama “Zikria Dzatil” diduga menghina Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dilaporkan ke Polrestabes Surabaya.
Dalam bukti tangkapan layar atau screenshoot, akun tersebut diduga telah dua kali mengunggah foto Risma dengan kalimat hinaan.
Risma kemudian diam-diam membuat laporan ke polisi. Tak butuh waktu lama pemilik akun Zikria Dzatil akhirnya tertangkap di rumahnya kawasan Jawa Barat.
Zikria Dzatil lantas digelandang ke Polrestabes Surabaya untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Anggota KSB Tewas Mengenaskan Usai Tembaki Satgas Paskhas
- Pesawat Sriwijaya SJ182 Rute Jakarta-Pontianak Dikabarkan Hilang Kontak
- Haris Pertama: Kuat Dugaan Saya jadi Target Pembunuhan