Risma Klaim Menkes Sudah Kirim Bantuan Reagen PCR ke Provinsi Jatim Tapi Surabaya Belum Menerima

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku langsung melakukan komunikasi dengan Menkes, Terawan Agus Putranto melalui sambungan telepon. 


Risma mengajukan reagen Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk swab tes sekitar 7 ribu kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

Dari jumlah tersebut, sekitar 2 ribu rencananya diperuntukkan bagi pasien. Sedangkan 5 ribu diberikan kepada tenaga kesehatan (nakes).

Nekatnya Risma menghubungi Menkes ini lantaran pada tanggal 25 April lalu, bantuan berupa reagen Polymerase Chain Reaction (PCR) dari Kemenkes sudah disalurkan ke Tim Gugus Tugas Provinsi Jawa Timur. 

Namun nyatanya bantuan reagen PCR itu tak pernah sampai ke Kota Surabaya. Padahal reagen PCR tersebut bisa segera diberikan untuk dilakukan tes swab kepada pasien.

“Karena itu saya menyampaikan ke Pak Menteri, hingga tanggal 29 April kami belum terima. Jadi mohon kami dibantu. Karena sebetulnya kalau ini dua ribu bisa kita tes semua kita akan bisa pisahkan. Mana yang positif, mana yang negatif,” ungkap Risma dikutip Kantor Berita RMOLJatim di Balai Kota Surabaya, Kamis (30/4) lalu.

Risma menilai, jika sudah dilakukan tes swab maka akan memudahkan pemerintah untuk memilah mana yang negatif dan positif, begitu pun dengan penanganannya. 

Apalagi, jika setelah dilakukan tes dan ditemukan terdapat yang positif, maka bisa segera ditangani.

“Kalau mereka negatif bisa kita pisahkan supaya tidak tertular. Karena selama ini kita cuma bisa tunggu, sehari bisa sampai empat atau enam yang dites. Kan ini berat buat kita,” tegasnya.

Setelah mendengar informasi tersebut, Wali Kota Risma mengaku, bahwa Menkes menyatakan bakal segera mengirimkan reagen PCR yang ditujukan langsung ke Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

“Kita akan lihat perkembangannya satu hari ini, karena beliaunya (Menkes) bilang Bu Risma kalau ada pesawat langsung saya kirim supaya cepat selesai,” jelasnya.

Makanya, hingga saat ini Presiden UCLG Aspac ini pun masih melakukan intervensi kepada semua pasien yang berstatus apapun layaknya pasien terkonfirmasi. 

Hal ini lantaran tidak adanya reagen PCR yang digunakan untuk memastikan mereka apakah benar positif atau negatif Covid-19.

“Jadi ya sudah kita rawat meskipun dia ODP. Kita beri makanan, vitamin, sekarang saya tambah menunya telurnya dari tiga jadi lima. Supaya kalau kekebalan tubuh bertambah, tidak jadi sakit. Kemudian kita tambah lemon,” pungkasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news