Segitiga Beijing-Taipei-Washington

AKIBAT gelombang banjir pemberitaan tentang perang mulut antara Donald Trump dengan Kim Jong Un maka perhatian dunia tertuju pada kawasan konflik politik yang dikuatirkan rawan meledak menjadi konflik bersenjata di semenanjung Korea.


Latihan Perang

12 April 2018, RRChina menyelenggarakan latihan perang dengan angkatan laut terbesar dalam sejarah militer di Laut China Selatan.

Hanya beberapa jam kemudian RRChina mengumumkan bahwa latihan perang akan dipindahkan latihan militer secara besar-besaran di Selat Taiwan yang memisahkan daratan RRChina dengan Pulau Taiwan.

Seminggu kemudian latihan perang diselenggarakan dengan bahkan beberapa pesawat terbang pembom demonstratif terbang berkeliaran di sekitar Pulau Taiwan.

Main Mata

Dengan penuh rasa cemburu, Beijing mengamati gerak-gerik presiden USA, Donald Trump yang rawan ditafsirkan sebagai mulai main mata Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen.

Misalnya pada bulan Desember 2017, Trump menandatangani UU Pertahanan Nasional 2018 yang memungkinkan Pentagon mengirim kapal perang ke Taiwan.

Seorang diplomat RRChina di sebuah acara kedutaan di Washington lantang mengancam bahwa "hari di mana AS kapal angkatan laut tiba di Kaohsiung adalah hari di mana tentara pembebasan rakyat RRChina menyatukan Taiwan dengan kekuatan militer."

Pada 16 Maret 2018, Trump menandatangani UU yang mendorong kunjungan antara pejabat dari Amerika Serikat dan Taiwan pada semua tingkatan.

Empat hari kemudian, Deputi Asisten Menlu USA, Alex N. Wong resmi bertemu dengan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen sambil menegaskan bahwa jalinan hubungan Washington dengan Taipei "belum pernah lebih kuat."

Pemerintah RRChina menuduh Trump melanggar kesepakatan kebijakan "Satu China", di mana seharusnya Washington hanya mengakui Beijing sebagai satu-satunya pemerintah China (termasuk Taiwan) yang sah.

Cemburu

Sementara itu, keputusan Trump untuk menunjuk mantan duta besar PBB John Bolton sebagai pimpinan keamanan nasional makin meningkatkan kecemburuan Beijing. Bolton yang dikenal pro Taiwan dikabarkan akan menghadiri pembukaan lembaga The American Institute di Taipei Juni 2018.

Secara terpisah, Departemen Luar Negeri kepresidenan Trump telah resmi memaklumatkan peraturan yang memungkinkan industri senjata USA leluasa menjual komponen alat pertahanan untuk program kapal selam Taiwan.

Insya Allah, suasana paranoida yang sedang mencengkam hubungan segitiga Beijing-Taipei-Washington tidak makin memanas sehingga potensial meledakkan konflik bersenjata di Selat Taiwan yang jelas akan berdampak buruk terhadap perdamaian dunia. [***]



Penulis mendambakan perdamian dunia

ikuti terus update berita rmoljatim di google news