Data penanganan Covid-19 Indonesia kembali jadi sorotan usai angka kasus kematian yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19 berbeda dengan temuan publik.
- Jelang Musda Partai Demokrat Jatim, Michael: Jangan ada Kabar Menyesatkan
- Sertijab, Eri Cahyadi Paparkan Sembilan Kebijakan Pembangunan Surabaya
- Maju Tidaknya Prabowo Pada Pilpres 2024 Tergantung Jokowi
Dalam temuan penelitian majalah Inggris, The Economist, angka kematian pada 3 September 2021 di Indonesia mencapai 801.414 kasus, lebih besar dari data pemerintah Indonesia yang merangkum kematian sebanyak 134.930.
Melihat perbedaan yang cukup jomplang tersebut, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi menilai kondisi tersebut seperti dalam sebuah republik kepalsuan.
"Kata cermin perbuatan, fakta cerminnya angka. Jika perbuatan berlawan kata dan angka berlawan fakta, Anda sedang berada di negara kepalsuan," kata Adhie Massardi dikutip dari akun Twitternya, Senin (6/9).
Ia lantas memaparkan ciri-ciri republik kepalsuan yang disinyalir sedang terjadi di Indonesia.
"Ciri-cirinya, politik kian dangkal, tapi utangnya kian dalam. Kebenaran dan pembawa kebenaran jadi musuh negara!" tandasnya.
The Economist tidak hanya mengungkap selisih angka kematian Covid-19 dalam rentang tertentu. Secara total, selisih angka kematian juga diklaim terjadi cukup banyak.
Secara resmi, angka kematian total di Indonesia mencapai 4,6 juta kasus. Namun dari analisis The Economist, perkiraan jumlah korban sebenarnya mencapai 15,2 juta orang meninggal.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- PPP Pastikan Tetap Satu Barisan di KIB
- HGU 190 Tahun di Lahan IKN Jadi Legacy Buruk di Akhir Pemerintahan Jokowi
- Caleg Demokrat DPRD Bangkalan Resmi Laporkan 390 Suara Hilang di 14 TPS