Terkait sengketa Pulau Pasir antara warga Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Pemerintah Australia, tidak mempengaruhi hubungan diplomatik Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia.
- Romahurmuziy Boleh Balik ke PPP dan Nyaleg DPR
- Survei Tokoh Parpol Paling Layak Jadi Presiden 2024, Airlangga Ungguli Prabowo Dan Sandiaga
- Bukan Hanya Budiman, PDIP Mestinya Juga Pecat Jokowi
Demikian ditegaskan Konjen (Konsul Jenderal) Australia untuk Indonesia, Fiona Hoggart, saat menjadi dosen tamu, dalam kuliah umum di ruang Aula Serbaguna Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik (Fisip) Universitas Jember, Senin (7/11). Hal ini menanggapi pertanyaan seorang mahasiswi, Paramitha dalam sesi tanya jawab.
Mahasiswi jurusan hubungan Internasional ini menanyakan sengketa antara warga Indonesia-Australia terkait Pulau Pasir di Selatan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebab, warga Adat Laut Timor mengancam akan menuntut canberra soal klaim atas pulau tersebut.
"Potensi konflik antara pemerintah Australia dan Indonesia tidak ada. Informasi tersebut beredar di media sosial, tiba-tiba muncul dan hilang," ucap Fiona, dikutip Kantor Berita RMOLJatim.
Dia berharap hubungan Indonesia dan Australia selalu berjalan baik dan harmonis. Bahkan kedua Negara saling bekerja sama dan saling membantu jika terjadi bencana di kedua.
Fiona kembali menegaskan pentingnya Indonesia bagi Australia. Menurut dia pemerintah Australia kini tengah fokus mengembangkan kerjasama internasional dengan berbasis pada geopolitik dan geostrategis. Oleh karena itu Indonesia sebagai negara tetangga mendapatkan perhatian khusus. Kedua pemerintahan ini, hubungannya sangat dekat dan erat.
"Sebagai bukti Kedekatannya, Indonesia menjadi negara pertama, yang dikunjungi oleh Perdana Menteri Anthony Albanese. Belum 2 Minggu setelah dilantik, Perdana Menteri yang baru langsung menemui Presiden Jokowi," tegas dia.
Kunjungan ini membuktikan betapa pentingnya posisi Indonesia di mata Australia. Beberapa bentuk kerjasama yang dibangun bersama negara-negara tetangga termasuk Indonesia saat ini adalah penelitian dan kerjasama penanganan dampak perubahan iklim, penggunaan energi terbaharukan dan teknologi yang ramah lingkungan. Tentunya saja perguruan tinggi mengambil peran di kerjasama tersebut.
Pantauan Kantor Berita RMOLJatim, Kuliah tamu itu mengambil tema, "Indonesia Australia Development Partnership" yang dimotori Laboratorium Kajian Politik dan Kawasan Program Studi Hubungan Internasional Fisip Universitas Jember ini, mendapatkan perhatian antusias dari mahasiswa. Bahkan mahasiswa mendorong hubungan diplomatik antara kedua negara, yang bersahabat ini terus berjalan harmonis.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Batalkan SK Mutasi 48 Pegawai Rutan-Lapas, Kakanwil Kemenkumham NTT Bakal Dilaporkan ke Inspektorat
- Gempa Magnitudo 6,0 Guncang NTT, Tak Berpotensi Tsunami
- Ini Alasan PBNU Gelar Harlah di NTT