Sakit kepala kadang menyerang tanpa permisi. Kondisi ini seringkali menggangu aktivitas sehari-hari. Penyebab sakit kepala ternyata bisa karena genetik dan faktor pemicu. Dari segi genetik, bakat sakit kepala dapat diturunkan.
- Sudah Ada 46 Kasus Omicron di Indonesia, Sebagian Besar Pelaku Perjalanan Luar Negeri
- Gerakkan Petugas Puskesmas dan KSH, Cara Wali Kota Eri Cegah DBD di Surabaya
- Gejala Covid Makin Ringan, Thailand Segera Ubah Pandemi Covid jadi Endemik
Penyebab tersebut terungkap dalam Bincang Sehat Bersama Siloam Hospitals di masa pandemi Covid-19, yang digelar rutin secara virtual pada Selasa (25/05).
Dokter spesialis bedah saraf konsultan di Siloam Hospitals Surabaya, Dr. M Arifin Parenrengi, Sp.BS (K) menjelaskan, penyebab sakit kepala bisa genetik dan faktor pemicu, karena jika orang tua menderita sakit kepala maka 50-75% anak akan mengalami sakit kepala.
"Untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada otak karena faktor genetik, bisa dilakukan skrining dengan menggunakan MRI atau CT Scan," kata Dr. M Arifin Parenrengi, Sp.BS (K) dalam keterangan resmi yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Rabu, (26/5).
Sedangkan untuk faktor pemicu, di bagi menjadi 2 yaitu, pemicu yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan seperti cuaca dan fluktuasi hormonal (menstruasi dan perimenopause).
Dokter Arifin memberikan tips untuk mencegah sakit kepala, antara lain: buat catatan harian untuk mempelajari pemicu, obati segera setelah merasa ada serangan, pertimbangkan tindakan pencegahan jika sering mengalami serangan, dan patuhi jadwal tidur.
Namun dokter Arifin mengingatkan agar waspada ketika mengalami sakit kepala yang berulang.
"Tiga tanda yang harus diwaspadai adalah sakit kepala disertai dengan aura, karena dapat berisiko stroke, sakit kepala yang sering / berulang jenis apa pun, serta sakit kepala yang intens," ungkapnya.
Ketiga tanda ini menjadi peringatan supaya penderita harus segera ke dokter, untuk penanganan lebih lanjut.
Pemeriksaan awal dengan cara MRI yang bisa dilakukan di Siloam Hospitals Surabaya. Jika terjadi kondisi yang lebih parah, dokter Arifin menyarankan untuk segera ke UGD terdekat.
“Tindakan yang dapat dilakukan jika memang dibutuhkan adalah dengan neuroendoskopi. Siloam Surabaya kita, punya alat generasi terbaru yang canggih dan memiliki manfaat maksimal untuk penanganan," ujar dr Arifin.
Bincang Sehat Bersama Siloam Hospitals yang dilakukan secara virtual, merupakan cara Siloam Hospitals mengedukasi masyarakat akan kesehatan di masa pandemi. Walaupun dalam masa pandemi, masyarakat tidak perlu kuatir untuk berobat di Siloam Hospitals Surabaya.
Dokter Antonius Setiadi, perwakilan dari manajemen Siloam Hospitals Surabaya menambahkan, bahwa gedung utama Siloam Hospitals Surabaya saat ini berstatus clean and safe hospital. Area perawatan pasien COVID-19 terpisah dengan gedung utama, sehingga masyarakat yang mau melakukan medical checkup atau pun perawatan tidak perlu ragu lagi. Selain clean and safe hospital, skrining protokol kesehatan yang ketat juga tetap diterapkan agar setiap pelayanan aman bagi pasien dan tenaga kesehatan.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ahli: Faktor Genetik Berperan Dalam Tingkat Keparahan Covid-19
- Studi JAMA Cardiology Sebut 78 Persen Pasien Covid-19 Yang Telah Pulih Berpotensi Mengalami Kerusakan Jantung
- Breast Cancer Charity Day Tumbuhkan Kesadaran Individu dan Keluarga untuk Deteksi Dini Kanker