Blusukan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa ke Pasar Induk Keputran, Surabaya, Sabtu, (18/5) pagi juga mendapati anjloknya harga jual cabai rawit yang turun hingga dijual pedagang seharga Rp 5 ribu sampai Rp 8 ribu per kilogramnya. Bahkan beberapa hari yang lalu harga cabai rawit sempat dijual hanya Rp 2 ribu per kilogram.
- H-2 Lebaran, 590 Ribu Tiket KA Ludes Terjual di Stasiun Gambir dan Pasar Senen
- Pemkot Surabaya Buka Sayembara Desain Kawasan Eks THR-TRS, Hadiah Capai Rp50 Juta
- Pilkades Serentak 51 Desa di Banyuwangi, DPRD Minta Para Pihak Utamakan Keamanan
Hal tersebut diamini oleh Lutfiana pedagang cabai rawit di Pasar Keputran yang disambangi Khofifah. Ia mengatakan normalnya harga cabai berkisar antara Rp 9 ribu hingga Rp 12 ribu.
"Ini jatuh sekali sekarang harga cabai rawit. Saya jual hanya Rp 5 ribu perkilogram," kata Lutfiana.
Namun untuk cabai jenis lain seperti cabai merah besar kondisi harganya masih normal. Yaitu masih berkisar antara Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu perkilogramnya.
Mendapati kondisi harga cabai rawit yang anjlok, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa hal ini kerap terjadi. Terutama saat musim panen cabai di Lamongan, Blitar, Kediri, Malang, dan Tuban yang merupakan daerah penghasil cabai.
Oleh sebab itu, dikatakan Khofifah, Pemprov Jawa Timur menyiapkan dua langkah melakukan intervensi dan langkah strategis untuk bisa mengendalikan harga saat terjadi oversupplay sehingga petani atau produsen tidak mengalami rugi. Langkah yang dilajukan yang pertama adalah untuk jangka panjang dan kedua untuk jangka pendek.
Untuk penanganan jangka panjang, Khofifah menyebut Pemprov Jawa Timur bakal segera membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khusus pangan. Kini BUMD itu sedang digodok bersama Universitas Brawijaya.
"Kita ingin petani bisa dapatkan harga yang baik dapatkan profit yang layak saat panen. Kemarin kita sudah diskusi dengan Universitas Brawijaya dan salah satu yang digagas adalah membentuk BUMD Pangan," tegas Khofifah.
Melalui BUMD Pangan ini, mantan Menteri Sosial kabinet Kerja Jokowi-JK ini berharap Pemprov bisa memberikan intervensi harga terhadap bahan makanan yang kerap mengalami penurunan dan anjlok saat terjadi suplai berlebih. Seperti yang terjadi saat ini yaitu untuk cabai rawit.
"Apa yang sedang digagas ke Pemprov untuk menyiapkan BUMD Pangan ini berseiring dengan pembentukan resi gudang. Dimana Pemprov ingin bisa memberkan intervensi harga pangan yang terlalu rendah agar tidak merugikan petani," kayanya.
BUMD pangan ini dikatakan Khofifah akan digodok. Pemprov Jawa Timur akan melakukan excercise untuk BUMD Pangan sebagaimana yang sudah dilakukan di DKI dan Jakarta. Namun ia menegaskan bahwa di Jawa Timur memang butuh adanya BUMD Pangan
"Targetnya segera BUMD pangan ini kita godok supaya bisa masuk ke BUMD mana atau disesuaikan dengan payung hukum yang ada. Dengan begitu kita bisa memberikan intervensi pada harga bahan pangang selain diatur oleh pemerintah pusat," tegas Khofifah.
Namun untuk penanganan jangka pendek menyikapi anjloknya harga cabai rawit di Jawa Timur, Khofifah meminta agar kepala daerah mulai Bupati dan Wali Kota agar melakukan aksi borong cabai di pasar-pasar tradisional.
"Aksi borong cabai butuh dilakukan agar ada penetrasi karena di pasar cabai sedang oversupply. Selain itu saat ini Pemprov Jawa Timur juga sedang menyiapkan Surat Edaran agar cabai kering impor tidak masuk ke Jawa Timur," tegasnya.
Serta, ditegaskan Khofifah, pihaknya juga tengah menyiapkan surat ke kabupaten kota agar Pemda di daerah saling menyiapkan format regulasi dan format distribusi cabai sesuai dengan kebutuhan dan analisis sumber suplai.
"Ayo borong cabai, ini di rumah saya ada 50 kilogram cabai," pungkas Khofifah.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Banyuwangi Mulai Gelar Vaksin Polio Massal Serentak
- Mantap! Vaksinasi Dosis Pertama di Jatim Tembus 71 Persen
- Dukung Ketahanan Pangan, Bupati Blitar Dapat Penghargaan daro Gubernur Jatim