Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti meminta semua pihak objektif dalam berifikir mengenai adanya perbedaan perayaan Idulfitri. Setiap ada perbedaan perayaan 1 syawal kerap dikaitkan dengan perbedaan antara NU dan Muhammadiyah.
- Usai Dikasih Izin Tambang, Dikhawatirkan NU dan Muhammadiyah Tidak Kritis Lagi
- Silaturahmi ke Ketum PBNU, Khofifah : PP Muslimat NU Undang KH. Yahya Beri Pengarahan di Kongres XVIII Muslimat NU
- Cagub Luluk: Muhammadiyah Dan NU Penjaga Demokrasi Dan Ekonomi Jawa Timur
Menurut Mu’ti, perbedaan Idulfitri bukanlah perbedaan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
“Yang menggunakan metode hisab dalam menetapkan Idul Fitri tidak hanya Muhammadiyah. Banyak ulama dan pesantren Nahdlatul Ulama yang menggunakan hisab,” kata Abdul Mu’ti dalam cuitan di akun Twitter pribadinya @Abe_Mukti dikutip Rabu (19/4).
Selain itu, Abdul Mu’ti juga menyatakan bahwa pelaksanaan shalat Idulfitri di lapangan terbuka pun tidak hanya identik dengan Muhammadiyah.
“Yang shalat Idulfitri di Masjid tidak hanya warga Nahdlatul Ulama,” tuturnya.
Pasalnya, kata Abdul Mu’ti, mengenai tempat shalat ied terjadi karena perbedaan dalam memahami Hadis Nabi dan pendekatan dalam menetapkan hukum.
“Mari membuka wawasan. Mari bina dan perkuat persatuan. Persatuan bukan penyeragaman, tapi penerimaan atas perbedaan,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pemkab Kediri Kerahkan 148 Petugas Tangani Sampah Selama Libur Ramadan dan Idul Fitri
- Arus Balik di Kota Madiun: Ribuan Pemudik Padati Terminal, Pedagang Angkringan Senang
- Pemkot Surabaya Antisipasi Gelombang Urbanisasi Pasca Idulfitri 2025, Pendatang Tanpa Kejelasan Dipulangkan