Jembatan penghubung 4 dusun di Desa Klumutan, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, kondisinya mengkhawatirkan mengancam keselamatan sejumlah pengguna jalan.
- Pengadaan Proyek Jembatan Klumutan Mundur Menunggu Hasil Rapat Banggar dan TAPD Madiun
- Setelah Lima Tahun Mangkrak, Jembatan Klumutan Akan Dibangun Kembali Pada Masa Pemerintahan Harmonis
Jembatan dengan panjang 25 meter itu nyaris patah. Meski masyarakat setempat berusaha merenovasi sifatnya hanya sementara dengan mengunakan bahan seadanya dengan secara swadaya. Tetap saja mengancam keselamatan penggunanya, karena bahan yang digunakan hanya beberapa bambu agar bisa sampai ke seberang.
“Akhir tahun 2019 retak karena diterjang banjir. Sudah diusulkan ke pemerintah pusat, tapi belum ada perbaikan sampai sekarang,” ujar Kepala Desa Klumutan, Agus Proklamanto dikutip kantor berita RMOLJATIM, Senin (24/6).
Agus mengatakan, jembatan tersebut menghubungkan 4 dusun. Mulai dari Dusun Bangle, Dusun Sumberan, Dusun Megurun, dan Dusun Bruwok. Menurutnya jembatan tersebut telah masuk skala prioritas rehabilitasi, oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pihaknya juga berkomunikasi terkait kejelasan perbaikan jembatan. Sempat sudah dilakukan pengukuran pada awal tahun 2024, namun pasca tindakan tersebut belum ada tanda tanda yang menunjukkan upaya rehabilitasi.
“Pemerintah desa tidak bisa berbuat banyak, selain mempertahankan jembatan agar tetap bisa dilalui oleh masyarakat. Hanya bisa dilalui oleh roda dua, roda empat terpaksa memutar,” ungkapnya.
“Tahun ini belum ada komunikasi, hanya tanya-tanya ke stakeholder terkait belum ada informasi sama sekali. Masyarakat sangat mengharapkan perbaikan,” tambah Agus.
Meski kondisi jembatan sangat tidak layak untuk dilewati, masyarakat sekitar nekat menggunakannya sebagai akses sehari hari, baik untuk bekerja maupun pergi sekolah.
“Warga sebenarnya takut ketika lewat jembatan. Tapi karena ingin menyingkat waktu terpaksa dilakukan, karena kalau jalur alternatif harus memutar 2 kilometer," tuturnya.
Agus menegaskan, perbaikan jembatan sangat urgen sekali lantaran wilayah sekitarnya, merupakan langganan banjir. Sehingga, jika dibiarkan jembatan semakin rusak parah saat memasuki musim hujan.
“Pemerintah desa tidak bisa berbuat banyak, selain mempertahankan jembatan agar tetap bisa dilalui oleh masyarakat. Hanya bisa dilalui oleh roda dua, roda empat terpaksa memutar,” ungkapnya.
“Tahun ini belum ada komunikasi, hanya tanya-tanya ke stakeholder terkait belum ada informasi sama sekali. Masyarakat sangat mengharapkan perbaikan,” tambah Agus.
Meski kondisi jembatan sangat tidak layak untuk dilewati, masyarakat sekitar nekat menggunakannya sebagai akses sehari hari, baik untuk bekerja maupun pergi sekolah.
“Warga sebenarnya takut ketika lewat jembatan. Tapi karena ingin menyingkat waktu terpaksa dilakukan, karena kalau jalur alternatif harus memutar 2 kilometer," tuturnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Polisi Amankan Sepasang Kekasih Pembuang Bayi di Sawah Madiun, Akui Takut dan Malu Lahirkan di Luar Nikah
- Wabup Madiun Hadiri Rakor Keris Jateng 2025, Paparkan Skema KPBU Sebagai Strategi Pembangunan Infrastruktur
- Terduga Pembuang Bayi di Madiun Menyerahkan Diri