. Manusia terdidik dan
tercerahkan adalah kunci kemajuan bangsa. Jadi aset terbesar bangsa Indonesia bukanlah kekayaan alam atau
hasil bumi, melainkan sumber daya manusianya.
- Anggota Komisi D Terima Banyak Aduan, Zonasi PPDB Surabaya Masih Banyak Problem
- Ungguli Kampus Top Dunia, Kapal Robot Barunastra ITS Raih Juara IRC 2024 di Amerika
- 63 Hasil Penelitian Pelajar SMP/MTs se Surabaya Bertanding dalam LPPS 2021
Jumlah SDM di Indonesia memang melimpah ruah, namun sayangnya belum diimbangi kualitas yang memadai untuk bisa berkompetisi di kancah global. Masalah ini yang membuat kita masih harus bekerja keras untuk bisa sejajar dengan bangsa-bangsa besar dunia.
Demikian disampaikan Ketua Umum Majelis Sinergi Kalam (Masika) Ikatan Cendekiawan Muslim Selndonesia (ICMI) Ferry Kurnia Rizkiansyah dalam pernyataanya memperingati Hari Pendidikan Nasional, Rabu (2/5).
"Pembangunan negara tidak hanya
dilihat dari peningkatan ekonominya saja, tetapi bagaimana kualitas
sumber daya manusianya. SDM berkualitas adalah prioritas yang harus
dibenahi pemerintah," katanya.
Lebih lanjut mantan Komisioner KPU ini, menystsksn dunia pendidikan Tanah Air
masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan,
diantaranya keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru
yang belum merata, serta kualitas guru.
Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia memang naik peringkat menjadi katogori tinggi atau high human develompment menembus angka 70,81 pada 2017. Level itu naik 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Namun hal itu belum cukup memuaskan," tegas Ferry.
Isu penting lainnya adalah guru. Diingatkan Ferry, guru merupakan ujung tombak masalah pendidikan di Indonesia. Selain kualitas yang harus ditingkatkan, distribusi guru di Tanah Air saat ini menurutnya juga belum merata.
"Di kota-kota besar kita kelebihan guru. Sementara di daerah desa dan pelosok, jumlah guru masih sangat minim," imbuh Ferry.
Persoalan lain terkait guru, menurut Ferry, adalah selama ini kita kurang mengapresiasi guru. Faktor kesenjangan kesejahteraan menjadi penyebab. Gaji guru di kota jauh lebih besar dibandingkan guru di desa.
"Ini juga yang membuat banyak yang enggan menjadi guru di pedesaan atau pelosok," sesalnya.
Tantangan pendidikan nasional lainnya, menurut Ferry, adalah bukan hanya menciptakan anak didik yang pintar dan cerdas, namun juga berakhlak dan memiliki karakter yang sesuai dengan karakter bangsa ini.
"Tujuan
pendidikan adalah memanusiakan manusia. Sayangnya sekarang direduksi
sebatas menghasilkan lulusan-lulusan yang siap pakai di dunia kerja.
Dunia pendidikan diibaratkan hanya menciptakan mur atau baut bagi
mesin-mesin industri," sesal Ferry. [dzk]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Wasekjend PII Andira Reoputra Raih Gelar Insinyur Profesional Utama
- SPMB Resmi Gantikan PPDB, Ini Perubahannya
- SMKN 1 Wonoasri ditetapkan sebagai SMK Pusat Unggulan