Terima Mahasiswa KKN dari 9 PTKIN Se-Indonesia, Ini Harapan Pemkab Bondowoso

Suasana pelepasan mahasiswa KKN di Pendopo Bupati Bondowoso/RMOLJatim
Suasana pelepasan mahasiswa KKN di Pendopo Bupati Bondowoso/RMOLJatim

Kabupaten Bondowoso menjadi lokasi mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari 9 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Eks IAIN Sunan Ampel. Pelepasan mereka dilakukan di Pendopo Bupati Bondowoso, Selasa (9/7). 


KKN Persemakmuran PTKIN Eks IAIN Sunan Ampel ini merupakan program kolaborasi 9 perguruan tinggi islam yang pernah membuka di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Adapun 9 PTKIN itu adalah UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,  IAIN Ponorogo, IAIN Kediri, UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, UIN KHAS Jember, IAIN Madura, UIN Mataram, dan UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Bondowoso Haeriah Yuliati, dalam sambutannya menyampaikan, bahwa ditemukannya mahasiswa KKN di Bondowoso pemerintah sangat gembira

"Paling tidak KKN ini membantu meningkatkan pengetahuan dan ikut mencerdaskan, serta mensejahterakan masyarakat Bondowoso," ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim. 

Dia meminta mahasiswa KKN bisa melakukan identifikasi permasalahan yang ada di tengah tengah masyarakat, karena hal tersebut akan menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk menjadi bahan masukan perbaikan di masa yang akan datang.

"Di sisi lain dengan KKN ini diharapkan pula Mahasiswa ikut membantu mengatasi permasalahan permasalahan yang ada di tengah tengah masyarakat," harapnya.

Haeriah mengungkapkan, saat ini ada permasalah permasalah krusial yang memang menjadi permasalahan nasional dan permasalahan ini juga terjadi di kabupaten Bondowoso.

Permasalahan itu kata Haeriah, salah satunya terkait dengan kemiskinan ekstrim dan tingginya angka stunting, serta masih tingginya angka pernikahan dini.

"Tiga persoalan itu saat ini telah menjadi prioritas dan pekerjaan rumah yang akan dituntaskan oleh pemerintah Bondowoso," tuturnya.

Dia menambahkan, ke depan prioritas utama pemerintah akan menuntaskan permasalah kemiskinan ekstrim, menurunkan angka stunting, dan menurunkan angka pernikahan dini.

Dia berharap kepada mahasiswa KKN agar dapat memberikan edukasi kepada masyarakat, agar mereka tidak menikahkan putra putrinya di usia dini.

Mahasiswa KKN juga diminta untuk memberikan pemahaman, edukasi dan sosialisasi kepada anak-anak di usia produktif, agar mereka melanjutkan sekolahnya dan tidak berpikir untuk melakukan pernikahan di usia dini.

Haeriah berhapa mahasiswa mampu memberikan motivasi dari permasalahan yang ada, teritama mengentaskan 3 permasalah yang terjadi, seperti kemiskinan ekstrim, stunting, dan juga pernikahan dini.

Menurutnya, stunting ini terjadi bukan hanya dipicu karena masalah kemiskinan saja. Banyak faktor yang menjadi penyebab, yakni mindset atau pola pikir masyarakat terhadap kesehatan yang masih kurang, tingginya pernikahan dini, serta hal lain yang menjadi pemicu tingginya angka stunting.

"Adik adik mahasiswa kami juga berharap memberikan edukasi kepada warga masyarakat tentang penyebab stunting. ketika nanti sudah memiliki wawasan faktor faktor penyebab stunting, maka ke depan mereka bisa memperbaiki pola hidupnya, mulai dari pencegahan pernikahan dini, memperbaiki kualitas hidup mereka," ucapnya.

Dia berharap mahasiswa KKN juga bisa mengedukasi tentang bagaimana cara mengentaskan kemiskinan ekstrim dengan memanfaatkan potensi yang ada di lingkungannya.

"Atas nama pemerintah, kami mengucapkan terimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada kami dengan ditempatkanya mahasiswa KKN di wilayah Bondowoso," ucapnya.

Di tempat yang sama, Wakil Rektor I UIN Khas Jember Prof M Khusna Amal menyampaikan, Bondowoso dipilih menjadi tempat mahasiswa KKN Persemakmuran Eks IAIN Sunan Ampel Surabaya, karena sudah terjalin kerjasama antara UIN KHAS Jember dan Pemkab Bondowoso.

"Kedua jalinan kerja sama Pemkab Bondowoso dengan UIN KHAS Jember selama ini sudah sangat erat, dalam membangun kerja sama di bidang pendidikan, sosial dan sebagainya," ujarnya.

Prof Husna menyampaikan, mahasiswa KKN akan diarahkan agar menyesuaikan dengan isu isu sosial, serta akan menyesuaikan dengan isu isu strategis yang ada di Kabupaten Bondowoso.

"Kebetulan isu strategisnya ada 2, yakni soal stunting dan kemiskinan ekstrim. Dua isu ini dipilih untuk menyelaraskan program strategis yang ada di Bondowoso. Kemiskinan ekstrim, stunting, dan pernikahan dini ini permasalah yang cukup akut dan persoalan persoalan yang cukup krusial," ujarnya.

Menurut Prof Husna, mahasiswa KKN persemakmuran ini nanti diharapkan bisa berkontribusi berdasarkan pengetahuan dan keilmuan yang mereka miliki. Misalnya, yang begronnya pendidikan bisa berkontribusi mutu pendidikan pada lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Sehingga apa yang diharapkan oleh pemerintah seperti perubahan mindset bisa terjadi dan sedikit demi sedikit bisa tercapai.

"Mahasiswa mempunyai peran strategis, selain motivasi juga membangun literasi terkait dengan pentingnya untuk tidak menikah dini, literasi untuk ibu ibu memperhatikan kesehatan diri dan putranya," imbuhnya.

Mahasiswa yang dari latar belakang ekonomi Islam bisa berkontribusi untuk mendukung warga desa secara bersama-sama memunculkan kreasi dan inovasi meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Begitu juga dari Fakultas Hukum Islam, diharapkan bisa membantu masyarakat desa, terutama pada anak-anak mudanya untuk tidak tergesa-gesa melakukan pernikahan dini, karena implikasi berakibat pada kesehatan ibu dan anak ketika hamil.

"Itu menjadi akar dari munculnya stunting. Ketika skil pengetahuan mereka masih belum memadai karena memilih nikah dini, maka mereka akan terjebak pada sektor informal non strategis, yang pada akhirnya memperkuat kemiskinan ekstrim di masyarakat itu sendiri," pungkasnya. (Adv)

ikuti terus update berita rmoljatim di google news