Jika nama-nama tokoh NU dihlangkan di Kamus Sejarah Indonesia Jilid I dan Jilid II yang diterbitkan Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebaliknya yang dimuat justru nama-nama tokoh komunis Indonesia.
- Usai Dikasih Izin Tambang, Dikhawatirkan NU dan Muhammadiyah Tidak Kritis Lagi
- Silaturahmi ke Ketum PBNU, Khofifah : PP Muslimat NU Undang KH. Yahya Beri Pengarahan di Kongres XVIII Muslimat NU
- Cagub Luluk: Muhammadiyah Dan NU Penjaga Demokrasi Dan Ekonomi Jawa Timur
Disampaikan Ketua Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Tjetjep Muhammad Yasin, beberapa nama tokoh komunis yang diulas dalam kamus setebal 339 halaman tersebut.
Misalnya, muncul profil Henk Sneevliet. Ini dapat ditemukan dalam kamus di halaman 87. Sneevliet diketahui adalah pendiri Indische Social-Democratische Vereniging (ISDV), organisasi beraliran kiri yang menjadi partai komunis pertama di Asia.
“Ada juga profil Darsono atau Raden Darsono Notosudirjo yang ditemukan pada halaman 51. Ia adalah tokoh Sarekat Islam (SI) yang pernah menjabat sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia pada 1920-1925,” kata Gus Yasin dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (21/4).
Lanjutnya, ada profil Semaoen ditemukan di halaman 262. Semaoen menjabat Ketua Partai Komunis Indonesia yang semula bernama ISDV. Ia juga dikelan sebagai aktivis komunis dan pimpinan aksi PKI 1926.
Selanjutnya ada profil Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit yang juga pernah menjabat sebagai ketua Partai Komunis Indonesia. Profil DN Aidit ditemukan pada Kamus Sejarah Indonesia halaman 58.
DN Aidit sendiri membawa PKI sebagai partai terbesar keempat di Indonesia pada Pemilu 1955 dan partai komunis ke-3 terbesar di dunia setelah Rusia dan China.
“Kita (Nahdliyin) harus bangkit. Kita tidak bisa menyerahkan urusan penting seperti ini ke PBNU. Kebanyakan pengurus NU sudah ewuh pakewuh, karena banyak di antara mereka sudah memangku jabatan,” tandasnya.
Gus Yasin juga mengkritik statemen Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj (SAS) sebelumnya yang menganggap Partai Komunis Indonesia (PKI) bukan bahaya laten melainkan radikalisme berujung terorisme lebih berbahaya.
“Aneh saja Kiai SAS ngomong PKI sudah bukan bahaya laten. Tokoh-tokoh PKI malah dimunculkan dalam sejarah, sedang keberadaan tokoh sentral pendiri NU seperti KH Hasyim Asy'ari tidak dimunculkan. Ada apa ini, mungkinkah gara-gara pernyataan Kiai SAS tentang PKI yang sudah disebutnya bukan bahaya laten?” Tutupnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pemkab Kediri Tindaklanjuti SE Kemendikbud saat Bulan Ramadan
- Ekosistem Halal Jadi Nilai Tambah Investasi Branding RI di Mata Dunia
- Usai Dikasih Izin Tambang, Dikhawatirkan NU dan Muhammadiyah Tidak Kritis Lagi